Belajar dari Kasus Buluk eks Superglad, Artis Tak Jamin Investasi Aman

Belajar dari Kasus Buluk eks Superglad, Artis Tak Jamin Investasi Aman

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 06 Jun 2022 18:24 WIB
DNA Pro adalah penipuan investasi yang sedang ramai dibicarakan masyarakat. Sebenarnya, apa itu DNA Pro? Bagaimana cara kerjanya? Berikut informasinya.
Foto: Shutterstock
Jakarta -

Lukman Laksmana atau yang lebih dikenal dengan sebutan Buluk eks Superglad menghilang usai dituding melakukan tindak penipuan investasi. Kerugian para korban ditaksir hingga mencapai Rp 2,4 miliar.

Mantan vokalis Band Superglad itu diduga membawa kabur uang senilai Rp 2,4 miliar milik 13 korban. Ditambah lagi, sejak 12 Mei 2022 sampai saat ini Buluk tidak diketahui keberadaannya. Hingga akhirnya ia dilaporkan ke Polda Metro Jaya pada 23 Mei 2022 oleh salah satu korbannya.

Melihat lebih dalam ke arah isu investasi keuangan, kisah Buluk eks Superglad ini merupakan satu dari sekian banyak kisah yang menyeret nama-nama besar ke dalam skandal investasi yang merugikan banyak pihak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari situ bisa diambil kesimpulan meski menyandang gelar public figur hingga memperoleh kepercayaan besar dari publik, hal itu tidak menghilangkan resiko mereka melakukan tindak kriminal dan merugikan masyarakat.

Menanggapi fenomena ini, Perencanaan Keuangan Andy Nugroho berpendapat bahwa influencer memang memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam mendorong orang mengambil keputusan saat membeli suatu produk. Tak jarang masyarakat memilih untuk membeli produk tersebut hanya karena sang idola tersebut hingga lupa mempertimbangkan faktor-faktor lainnya.

ADVERTISEMENT

"Begitu ada idola atau panutan kita yang bilang produk ini bagus, wah percaya kita. Oh ini sesuatu yang bagus dan perlu kita ikuti. Pengaruhnya kuat banget," ujar Andy.

Andy juga menambahkan terkadang nama-nama besar ini juga bukan orang yang pernah kita lihat baik di televisi maupun di media sosial, namun karena ketika kita melihat media sosialnya dan mendapati banyaknya pengikut akun tersebut, kita bisa saja jadi mempercayai public figure itu.

"Contohnya para influencer afiliator binary option itu caranya begitu. Kita tiap hari dijejali konten yang kalau kata anak jaman sekarang buat jiwa miskin kita bergejolak. Eh produk ini bagus, saya untung disini. Masa iya idola saya mau bohong, mau tipu-tipu. Emosi kita dimainkan banget," ujar Andy.

Untuk itulah, Andy mengatakan bahwa kita sebagai konsumen harus selalu mementingkan logika dan legalitas dalam melakukan investasi.

"Menyesuaikan dengan kemampuan kita, resikonya seperti apa, bukan hanya ikut-ikut karena FOMO (Fear of Missing Out), dan yang terpenting pastikan legalitasnya," tutur dia.

Lanjut di halaman berikutnya.

Sementara itu, Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad yang turut memberikan tanggapan terhadap fenomena ini. Dia mengatakan bahwa jangan sampai status para public figure ini menutupi hal-hal mendasar yang perlu dipertimbangkan dalam berinvestasi atau membeli suatu produk.

"Ini apa sih produknya, resikonya seperti apa, dan lain-lain. Artis kan juga manusia, coba dulu dilihat latar belakangnya. Kalau dia memang sudah terpercaya, punya pengetahuan mumpuni, sering investasi sana sini, mungkin oke kita percaya," ujar Tejasari.

Dirinya juga menambahkan kalau kita juga harus lebih berhati-hati karena jaman sekarang yang namanya endorse, brand ambassador product, dan lain sebagainya, sudah sangat banyak sehingga kita harus bisa lebih selektif.

"Kembali lagi ke arah profil risiko yang sesuai untuk kita, legalitasnya bagaimana, dan pengetahuan kita soal produk. Pasti prinsip investasi itu high risk high return," tutur dia.



Simak Video "Video: BKPM Catat Investasi Rp 2 Ribu T Gagal Masuk RI di 2024, Kenapa?"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads