Berdasarkan penelitian Deloitte Global 2022 ditemukan bahwa pengunduran diri gen Z dan milenial besar-besaran akan berlanjut. Burnout atau stres kronis disebut-sebut sebagai salah satu dari tiga alasan utama mengapa kaum muda meninggalkan pekerjaan mereka.
Menurut survei global, sekitar 40% Gen Z (usia 19-24) dan 24% generasi millennial (usia 28-39) ingin meninggalkan pekerjaan mereka dalam waktu dua tahun.
"Ini akan terus menjadi masalah retensi yang signifikan bagi pengusaha," tulis Deloitte dikutip dari CNBC, Selasa (14/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekitar 46% Gen Z dan 45% milenial yang disurvei mengatakan mereka merasa lelah karena lingkungan kerja. Sementara para ahli mengatakan burnout dirasakan di seluruh usia, tapi gen Z dan milenial lebih cenderung merasakan dampaknya.
"Dengan mencari apa yang hilang dalam peran mereka saat ini, generasi muda berharap menemukan budaya dan fleksibilitas yang lebih baik, yang menurut mereka dapat membantu meringankan kondisi kelelahan mereka saat ini," kata Psikolog Dr. Natalie Baumgartner.
Resign Jadi Solusi?
Psikolog Dr. Katrina Gisbert-Tay mengatakan resign bukan obat dari segalanya. Meninggalkan pekerjaan mungkin merupakan solusi terbaik dalam beberapa situasi, misalnya, jika budaya tempat kerja toxic. Namun, berhenti dari pekerjaan bukan satu-satunya pilihan.
Daripada menganggap kelelahan sebagai indikasi untuk meninggalkan suatu pekerjaan, sebetulnya ada cara lain yang bisa dilakukan. Baumgartner menekankan bahwa pekerja muda harus mengadvokasi dan menyuarakan kebutuhan mereka di tempat kerja mereka, alih-alih menyerah hingga harus berhenti.
"Mereka mungkin masih memilih untuk keluar tetapi tidak pernah meremehkan perusahaan yang akan mendengarkan, mengenali, dan membuat perubahan untuk meningkatkan kepuasan karyawan," tambah dia.
Bagaimana tips buat bertahan? Berlanjut ke halaman berikutnya.
Simak juga Video: Pertimbangkan Ini Sebelum Resign