Huda menyinggung alasan Luhut yang menaikkan tarif tiket untuk menjaga kekayaan sejarah dan budaya Nusantara. Menurutnya, apabila alasannya demikian, kebijakan menaikkan harga tiket semestinya menjadi opsi terakhir.
Huda menilai kenaikan tarif itu berisiko menjauhkan pemahaman masyarakat terkait pengetahuan situs budaya dan sejarah. Huda mendorong Candi Borobudur tetap menjadi destinasi yang dapat diakses sebanyak-banyaknya oleh wisatawan kita.
"Pada konteks semangat dan spiritnya oke, tapi pada konteks praktiknya saya pikir masih ada cara lain kalau konteksnya proteksi, dalam rangka memproteksi itu. Misalnya, jumlah wisatawannya yang dibatasi, dilimit pada konteks pengaturan jamnya, jumlahnya, dan seterusnya. Bukan menaikkan (tarif) tiketnya," papar anggota Fraksi PKB itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa hari setelah wacana ini mengemuka Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menemui Luhut dan menyampaikan usulan agar kebijakan tarif selangit itu ditunda dulu karena banyak protes masyarakat.
Ganjar bahkan menyebut Luhut setuju akan usulannya menunda rencana tarif Rp 750.000 untuk naik ke Candi Borobudur.
"Saya sampaikan kepada beliau, ini banyak yang protes, menurut saya diendapkan dulu dan beliau setuju. Ini soal tarif jangan dibicarakan dulu, di-postpone dulu, dan memang TWC sama balai sedang komunikasi, maka masyarakat tidak perlu resah. Itu penting untuk disampaikan," kata Ganjar usai bertemu dengan Luhut, seperti dikutip dalam keterangannya, Selasa (7/6/2022) kemarin.
Hingga akhirnya Luhut sendiri menyebutkan bila tarif naik Candi Borobudur Rp 750.000 ditunda. Hal itu diungkapkan olehnya dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (9/6/2022) yang lalu.
Menurutnya, keputusan penundaan itu diambil karena banyak ribut di tengah masyarakat. Padahal, Luhut bilang kebijakan kenaikan tiket itu didapat dari studi yang komprehensif. Bahkan, UNESCO pun diajak bicara.
"Jadi mengenai Borobudur itu kita studi komprehensif, UNESCO itu di situ, dan angka itu keluar. Karena ribut-ribut semua ya udah deh, tunda aja dulu deh, nanti kita laporkan lagi," ungkap Luhut.
Saat itu, Luhut juga mengatakan wacana penerapan tiket naik Candi Borobudur akan dievaluasi lagi, setidaknya dalam setahun ke depan. Salah satunya agar masyarakat bisa lebih paham alasan pemerintah mematok tiket naik Candi Borobudur dengan harga yang mahal.
"Iya (ditunda) sampai kita lihat nanti masyarakat sosialisasi paham. Sekarang kan sudah beranu, itu berjalan malah makin banyak yang paham. Yang tadinya nyinyir nanti sudah makin paham," ungkap Luhut.
Nah hari ini, Selasa (14/6/2022), keputusan bulat diambil pemerintah untuk benar-benar membatalkan wacana pengenaan tarif Rp 750.000 untuk naik Candi Borobudur. Hal itu diungkapkan oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai melakukan rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Meski begitu, rencana pembatasan kuota pengunjung yang hendak naik maksimal 1.200 orang per hari ke atas candi tetap bakal berlaku.
"Jadi intinya tidak ada kenaikan tarif, tetap Rp 50.000 masih, pelajar SMA ke bawah itu Rp 5.000, tapi dibatasi kuota untuk naik ke atas," kata Basuki.
Memang, tarif naik Candi Borobudur Rp 750.000 tak jadi diberlakukan. Hanya saja bukan berarti semua orang bebas naik ke areal candi bersejarah itu. Dengan ada penetapan kuota 1.200 orang per hari, untuk naik Candi Borobudur harus melakukan pendaftaran secara online.
"Kuota untuk naik ke candi itu dibatasi, mungkin 1.200. Jadi harus daftar online," ujar Basuki.
Simak Video "Video: Wujud Stairlift di Candi Borobudur yang Ramai Disorot"
[Gambas:Video 20detik]
(hal/das)