Lahir dari keluarga yang tidak bergelimang harta, membuat Chairul Tanjung kerap peduli terhadap masyarakat di sekitarnya. Pemilik CT Corp itu, juga sempat ikut membantu untuk menanggulangi masalah pada saat krisis moneter yang pernah dialami Indonesia.
Dalam buku 'Chairul Tanjung Si Anak Singkong' yang disusun oleh Tjahja Gunawan Diredja, diceritakan pada krisis moneter di Asia dan Indonesia pada tahun 1997, yang berlanjut kepada krisis multidimensi pada 1998, telah banyak berpengaruh pada tatanan ekonomi.
Pada saat itu, banyak perusahaan yang gulung tikar yang mengakibatkan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran. Angka pengangguran meningkat drastis, tingkat kemiskinan melonjak, akibat penambahan jumlah penganggur tadi. Harga bahan pangan mahal luar biasa, sulit dibeli oleh sebagian besar rakyat Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, di saat yang sama, beberapa perusahaan milik CT tidak ada satupun yang terkena dampak. Meski terkena, efeknya tidak terlalu parah. CT mengaku merasa beruntung bisa selamat dari krisis tersebut. Di sisi lain, Bank Mega miliknya di saat itu juga telah mulai meraup keuntungan yang tidak sedikit.
"Saya merasa beruntung bisa selamat dari krisis sedemikian rupa, dan masih mampu berlari saat banyak lainnya berdiri saja sulit," ungkap CT dalam buku itu.
Melihat hal tersebut, CT bersama beberapa kenalannya Mar'ie Muhammad, Prof. Sujudi, Fanni Habibie, (alm.) Bondan Winarno, Pratiwi Sudarmono, Husein dan Bambang Rahmadi pun mendirikan sebuah yayasan bernama KKI (Komite Kemanusiaan Indonesia). KKI mulanya berkantor di rumah Husein di Jalan Brawijaya, lalu sejak tahun 2003 pindah ke Jalan Bangka.
KKI merupakan yayasan yang berfokus untuk membantu menanggulangi krisis ekonomi, tapi dengan cara praktis dan riil langsung ke lapangan. KKI murni kerja bersama di luar pemerintahan. Daerah kerja KKI saat itu dibatasi sementara di kantong-kantong kemiskinan Jakarta, di antaranya Kapuk dan Cilincing.
Setiap kelurahan termiskin di sana akan anggarkan dana Rp 1 miliar. Anggaran sebesar itu, dibagi menjadi tiga peruntukan, yakni sebagai stimulus untuk menggerakkan ekonomi, memperbaiki fasilitas umum, dan mencegah agar anak-anak tidak sampai putus sekolah. Nantinya, para tenaga ahli akan menginap di rumah-rumah penduduk, agar bisa merasakan langsung kesulitan masyarakat. Masyarakat sekitar dilibatkan secara aktif karena basis program kerja ini bersifat community development.
Lanjut ke halaman berikutnya.
Simak Video "Video: Chairul Tanjung Pulang Kampung ke Sibolga, Ziarah dan Bagikan Zakat"
[Gambas:Video 20detik]