Jokowi Geram Jagung & Kedelai Impor: Lahan Luas-Petani Banyak!

Aulia Damayanti - detikFinance
Senin, 20 Jun 2022 19:08 WIB
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Jakarta -

Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung soal jagung hingga kedelai yang masih impor. Menurut sebenarnya Indonesia mampu menanam jagung dan kedelai dalam jumlah banyak karena masih ada lahan yang bisa digunakan.

"Karena kita tahu bahwa untuk produksi pangan yang di darat ini, misalnya tanam jagung yang hanya 3 bulan sampai 100 hari, tanam padi juga hanya butuh 4 bulan, tanam kedelai untuk mengurangi impor kita juga butuh waktu 3 bulan sampai 100 hari," ujar Jokowi dalam Sidang Kabinet Paripurna di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (20/6/2022).

"Lahan kita ini sangat luas karena sisanya sangat banyak. HGU (hak guna usaha) yang terlantar juga masih sangat banyak," tambahnya.

Jokowi juga mengatakan, penanaman jagung dan porang bisa dilakukan di sela-sela lahan sawit. "Saya sudah sampaikan berkali-kali, misalnya sawit, di antara sawit itu kan sebetulnya bisa ditanami, yang pendek ditanami jagung, yang sudah besar ditanami porang," lanjutnya.

Apabila hasil produksi melimpah maka mudah untuk memasarkannya, sehingga tidak ada yang menumpuk.

"Kalau sudah penuh stoknya, ya gampang sekali sekarang ini yang namanya memasarkan bahan pangan, gampang sekali, mudah sekali," tegasnya.

Selain lahan yang luas, petani di Indonesia juga disebut sangat banyak untuk memudahkan perluasan pertanian itu. Jokowi menambahkan pertanian dan kemandirian pangan bisa berpotensi untuk meningkatkan ekspor Indonesia.

Jokowi menyebut sudah banyak pesanan ke Indonesia terkait bahan pangan, namun dia tidak menjelaskan spesifik negara mana.

"Bayangkan kalau kita bisa memproduksi pangan dalam jangka yang pendek, kita terapkan semuanya, bukan hanya berdikari di bidang pangan, bukan hanya mandiri di bidang pangan tapi kita sekali lagi memiliki potensi untuk ekspor," ungkapnya

"Permintaan itu sudah masuk banyak sekali. Beras, ada yg minta 100 ribu per bulan, ada yg minta 1 ton 2,5 juta untuk satu tahun, 2,5 juta ton. Saya kira ini akan meningkatkan cadangan devisa kita," tuturnya.




(hns/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork