Kenaikan harga pangan terutama cabai-cabaian membuat masyarakat panik. Pasalnya, para pedagang masakan seperti warung nasi dan rumah makan padang setiap harinya membutuhkan pasokan cabai yang mencukupi kebutuhan memasaknya. Pun dari kenaikan harga ini, sebagian besar pedagang memilih untuk tidak menaikkan harga karena takut kehilangan pelanggan.
Seperti halnya yang dilakukan Aldi, pemilik RM. Padang Minang Sakato di kawasan Tebet. Dirinya memilih untuk mempertahankan harga jual masakannya. Hal ini lah yang membuat perolehan keuntungan rumah makannya itu berkurang.
"Untung mah ada aja. Cuma ya yang biasanya lebih, ini jadi pas gitu, agak kurangan," ujar Aldi, kepada detikcom, Selasa (21/06/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aldi mengatakan setiap harinya ia membutuhkan sekitar 9 kg cabai untuk usahanya itu. Pun untuk masakan padang sendiri akan sangat sulit mengakalinya karena tentu akan berpengaruh pada rasa.
"Kalau dikurangi, di bumbu juga pasti akan kerasa. Sekarang yang penting dapet aja. Soalnya kalo naikin harga, aduh lagi begini kondisinya, susah. Momennya ngga tepat," ujar Aldi.
Bagi Aldi, hal ini merupakan salah satu resiko dari pengusaha. Di mana pasti suatu saat harga akan naik, pun juga akan turun nantinya.
"Kalau padang bumbu beda itu susah. Tinggi juga mau ngga mau tetap dibeli. Namanya kayak begituan mah udah faktor bisnis. Pusing mah ya ada , cuman ya alhamdulillah aja ada aja," ujar Aldi.
Mengalami nasib yang sama, pemilik RM. Padang Salero Ajo di kawasan Tebet, Aldo juga memilih untuk tidak menaikkan harga. Jika dibandingkan dengan sebelum kenaikan harga cabai ini, keuntungan bersih rumah makan Aldo turun hingga 30%.
"Untungnya agak menipis. Selama masih untung ya lanjutin aja dulu. Soalnya pas bulan puasa itu sempet naikin di Rp 18 ribu per porsi, dari harga Rp 17 ribu. Gamungkin sekarang saya naikin lagi. Pun dulu kan naiknya semuanya. Kalo sekarang kan cabe doang," ujar Aldo.
Bersambung ke halaman selanjutnya.