Selain Kementerian BUMN, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) turut aktif mengembangkan dan merumuskan inovasi demi peningkatan daya saing kopi asal Indonesia. Kemenlu, melalui
Direktorat Jenderal Kerja sama Multilateral, mengadakan Kegiatan "Jaring Masukan 'Commodities Update': Sinergi Diplomasi Kopi Indonesia dalam kerangka Peningkatan Komoditas Kopi Berkelanjutan dan Berdaya Saing".
Kegiatan ini terselenggara secara hybrid (kombinasi pertemuan luring dan daring) pada Selasa (21/6) di Hotel Pullman Legian Beach, Bali.
Acara ini merupakan inisiatif Kemenlu untuk merumuskan sebuah kebijakan holistik dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Salah satu tujuan utama acara ini adalah menemukan solusi inovatif yang dapat mendukung upaya peningkatan ekspor kopi Indonesia di pasar global melalui peningkatan daya saing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dwi Sutoro selaku Ketua PMO Kopi Nusantara turut berpartisipasi menjadi narasumber utama, dalam paparan berjudul, "Peran Kemitraan Sektor Publik dan Swasta dalam Mendukung Komoditas Kopi Berkelanjutan dan Berdaya Saing".
Saat ini terdapat beberapa tantangan dalam sistem rantai pasok (supply chain) kopi di dunia. Beberapa di antaranya adalah hambatan tarif, ketatnya persaingan dan persyaratan untuk
masuk ke pasar global, serta beberapa persyaratan sertifikasi berkelanjutan.
Namun, Dwi Sutoro optimistis, melalui sinergi dan kerja sama seluruh pihak dalam payung PMO Kopi Nusantara, Indonesia mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas biji kopi.
Dalam paparannya, Dwi Sutoro menyatakan, PMO Kopi Nusantara mengembangkan berbagai program pendampingan dan mendorong terciptanya ekosistem bisnis yang berkelanjutan dengan target peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani kopi di tanah air.
Lebih lanjut, Dwi Sutoro menyatakan, pendampingan kepada petani, menjadi langkah mutlak untuk meningkatkan kapasitas produksi kopi, karena 96,1% lahan kopi, merupakan
lahan milik petani rakyat.
PMO Kopi Nusantara menerapkan strategi holistik, dalam proses pendampingan kepada petani. Mulai dari aspek pengolahan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming dan mekanisasi pertanian, akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian, pengembangan sosial masyarakat petani dan
bisnis inklusif, serta kemitraan pertanian pasar (Farm to Market Partnership).
Tenaga Ahli Menteri BUMN Bidang Global Value Chains, Reynaldi Istanto, menyampaikan bahwa kerja sama dalam ekosistem bisnis ini perlu segera direplikasi.
"Dalam proses pendampingan ini, PMO Kopi Nusantara melibatkan BUMN produsen pupuk, perkebunan, perbankan, asuransi, perdagangan, serta pemerintah daerah. Selain tangan pemerintah,
peran swasta juga kita dorong untuk ikut serta dalam inisiatif ini. Hal ini perlu kita replikasi di banyak tempat di Indonesia. PMO Kopi Nusantara berupaya agar supply chain kopi dalam
negeri segera membaik, sehingga mampu menjadi market leader di pasar internasional," ujar Reynaldi.
(dna/dna)