Lockdown di Shanghai China hampir sebulan dicabut. Namun, pencabutan ini menyisakan banyak pekerjaan rumah bagi ritel fashion karena stoknya menumpuk alias tak terjual.
Dikutip dari Reuters, Jumat (24/6/2022), lockdown di Shanghai dilakukan pada April dan Mei. Hal itu membuat produk pakaian dan kecantikan di toko-toko tidak tersentuh dan kontainer pakaian impor 'terdampar' di pelabuhan.
Rak-rak toko dibanjiri dengan barang-barang yang tidak terjual selama lockdown begitu kota kembali dibuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa hari saat lockdown dibuka, tanda-tanda penjualan meningkat di Shanghai. Beberapa pengecer dari Lululemon hingga Victoria's Secret menawarkan diskon untuk memikat pembeli.
Ritel online juga berjuang untuk membersihkan stok yang disebabkan oleh lockdown dan gangguan pasokan.
"Ini sangat mempengaruhi kami," kata Josh Gardner, founder dan kepala eksekutif mitra e-commerce pasar China, Kung Fu Data.
"Sekarang, semua orang hanya berdarah dan terjebak dengan banyak inventaris yang tidak bisa mereka pindahkan," tambahnya.
Saat ini, beberapa ritel menyimpan inventaris dan memesan lebih sedikit untuk kuartal keempat. Mereka akan mencoba untuk mengosongkan stok yang ada hingga Hari Jomblo November.
"Untuk kategori pakaian jadi, karena epidemi dan konsumsi yang lamban, ada tingkat simpanan persediaan koleksi musim semi yang tinggi," kata kepala eksekutif JD.com Lei Xu.
(acd/das)