Kepak Sayap Susi Air, Maskapai 'Bakul Ikan' Pangandaran yang Baru Kecelakaan

Kepak Sayap Susi Air, Maskapai 'Bakul Ikan' Pangandaran yang Baru Kecelakaan

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 24 Jun 2022 14:44 WIB
Pesawat milik Susi Air yang dilaporkan hilang kontak, Kamis (23/6) dalam penerbangan ke Timika. (ANTARA/HO/Dokumen Pribadi)
Foto: Pesawat milik Susi Air yang dilaporkan hilang kontak, Kamis (23/6) dalam penerbangan ke Timika. (ANTARA/HO/Dokumen Pribadi)

Mulai tahun 2000-an, Susi Pudjiastuti mencari perbankan yang bersedia memberi pembiayaan. Tentu tak mudah karena permohonannya kerap ditolak, baru 4 tahun kemudian atau 2004, baru ada bank BUMN yang bersedia memberi kredit untuk mendatangkan 2 unit pesawat baling-baling bertipe Cessna Grand Caravan.

"Itu bulan November datang (tahun 2004). Kita mulai angkuti ikan dari Pangandaran sampai Jakarta. Itu kalau lobster hidup, biasa kalau pakai truk bawa 3 kwintal yang matinya bisa banyak tapi karena pakai pesawat jadinya kurang," jelasnya.

Baru sebulan tiba dan membantu mengangkut produk perikanan, Susi Pudjiastuti terketuk hatinya melihat bencana tsunami yang menerpa bumi Serambi Mekkah, Aceh. Ribuan orang meninggal dunia dan moda transportasi darat di sana terputus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya angkutan udara lah yang bisa menjangkau seluruh wilayah Aceh guna membawa bantuan hingga tim medis. Bermodalkan uang pribadi, Susi Pudjiastuti meminjamkan dan membiayai operasional pesawat miliknya untuk membantu warga di sana selama 2 minggu.

"Niat kita bantu di sana selama 2 minggu terus bawa uang Rp 400-500 juta waktu itu. Itu untuk operasional gratis terbang bawa dokter, makanan dan apa saja," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Setelah 2 minggu membantu membawa berbagai macam bantuan, Susi Pudjiastuti berniat menarik pesawatnya lagi karena akan digunakan kembali sebagai angkutan produk ikan milik perusahaannya. Rencana itu pun tertahan dan ternyata di situlah titik balik dan cikal bakal lahirnya Susi Air.

"Kita gratiskan penerbangan selama dua pekan, kita angkut bantuan, para medis, jurnalis, pemerintah. Setelah dua pekan itu mengubah bisnis kami hingga sekarang. Kalau tidak ada tsunami, Susi Air tidak ada," imbuhnya.

Organisasi dunia (NGO) ingin tetap menggunakan pesawat milik Susi Pudjiastuti untuk mengirimkan bantuan dan sukarelawan di Aceh. Mereka bersedia menyewa 2 unit pesawat, dari situ lah awal mula pesawatnya terjun dalam bisnis penerbangan bernama PT. ASI Pudjiastuti Aviation (Susi Air).

"Uang habis, kita mau pulang tapi NGO bilang di sini saja saya bayar. Akhirnya kita mulai sewakan bisnis pesawat. Terus mulai bisnis 2005 bulan Januari akhir. Itu mulai cari duit," tutur Susi Pudjiastuti.

Dari hanya mengoperasikan 2 unit armada, kini Susi Air mengoperasikan 49 armada pesawat yang terdiri dari 32 Cessna Grand Caravan C208B, 9 Pilatus PC-6 Turbo Porter, 3 Piaggio P180 Avanti II, 1 Air Tractor AT802 "Fuel Hauler", 1 Piper Archer PA-28 dan 1 LET 410 untuk pesawat sayap tetap. Operasi helikopter dimulai akhir 2009 dengan 1 AgustaWestland Grand A109S dan 1 AgustaWestland Koala A119Ke bergabung pada Maret 2010.

Susi Air memiliki 20 basis penerbangan utama di Medan, Banda Aceh, Padang, Dabo, Bengkulu, Jakarta, Pangandaran, Palangkaraya, Samarinda, Tarakan, Malinau, Kupang, Masamba, Manokwari, Biak, Nabire, Timika, Jayapura, Wamena, dan Merauke. Operasi didukung oleh total lebih dari 140 pilot, 75 insinyur dan mekanik pesawat, serta 650 staf darat dan pendukung lainnya.


(hal/eds)

Hide Ads