PMK Nggak Ngaruh, Penjualan Hewan Kurban Malah Naik

PMK Nggak Ngaruh, Penjualan Hewan Kurban Malah Naik

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Minggu, 03 Jul 2022 15:24 WIB
Syarat hewan kurban perlu diketahui jelang Idul Adha 2022. Sehubungan adanya wabah PMK, MUI pun mengeluarkan fatwa terkait pelaksanaan ibadah kurban terbaru.
Foto: Charolin Pebrianti/detikcom
Jakarta -

Tinggal menghitung sepekan lagi hingga Hari Raya Idul Adha tiba. Ternyata, kondisi wabah PMK dan perekonomian negeri yang sedang tidak stabil ini tak menyurutkan minat warga ibu kota untuk melaksanakan ibadah kurban.

Sentra-sentra penjualan hewan kurban masih setia berdiri menanti pelanggan di sepanjang jalan ibu kota, termasuk di kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan.

Terpantau beberapa hewan ternak seperti sapi dan kambing berjajar rapi di sebuah lahan hijau di kawasan yang juga disebut KPK lama ini. Kandang non-permanen milik Koperasi Wiradega itu memuat sekitar puluhan sapi dan belasan kambing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengelola sentra hewan kurban tersebut, Rudi mengaku telah menetap di sana selama kurang lebih 2 minggu. Selama dua minggu itu, ia memperkirakan gerainya mengalami peningkatan pembelian sekitar 20% dari tahun sebelumnya.

"Kalau daya minat masih tidak terpengaruh isu tadi, justru meningkat. Tahun lalu itu rendah karena covid, jadi interaksi kita untuk berdagang terbatas. Kalau memprediksi peningkatan pembelian di 2 minggu ini itu bisa sampai 20%, meskipun dengan harga yang senaik 30% ini," ujar Rudi kepada detikcom, Minggu (03/07/2022).

ADVERTISEMENT

Rudi mengatakan, wabah PMK dan perekonomian RI yang dalam keadaan kurang stabil ini malah lebih mempengaruhi harga jualnya ketimbang minat beli masyarakat. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, ia mengatakan kenaikan mencapai 30%.

"PMK ini menaikkan nilai jual, karena stok sapi juga lebih sedikit tapi permintaan banyak. Kita juga biaya operasional di sini sangat tinggi. Rutin pemberian antibiotik, perawatan ekstra, makanan yang baik, dan pemberian desinfektan sehari 3 kali. Operasional pun akhirnya meningkat," tutur Rudi.

Di sisi lain, imbas kenaikan harga hewan kurban ini dirasakan pada daya beli masyarakat yang justru menurun dan mencoba beralih ke hewan dengan harga lebih terjangkau. Hal ini dikarenakan Rudi tidak dapat meminta pengiriman sapi dari luar daerah.

"Antusiasme cukup banyak. Banyak yang datang tanya-tanya harga. 'Aduh uangnya nggak nyampe, ya nanti mau cari tambahan lagi', kata para pembeli. Akhirnya mereka memutuskan atau lari ke kambing. Padahal kambing juga lagi mahal," katanya sambil menirukan kalimat dari salah satu pembelinya.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Untuk harga ternak sendiri, gerai rudi mematok harga di kisaran Rp 18 s.d 95 jutaan. Harga ini bergantung dari jenis dan bobot sapi tersebut. Sedangkan untuk kambing, harganya berada di kisaran Rp 2 s.d 6 juta.

"Sapi paling laku itu kebanyakan yang diminati yang Madura dan sapi Bima. Karena relatif lebih terjangkau. Karena di bawah Rp 20 juta, atau sekitar Rp 19-18 juta.

Meski ada sapi Rudi yang berasal dari Jawa, ia stoknya ini diperoleh dari kandangnya di Bogor. Sapi-sapi ini sudah sampai di Bogor sebelum wabah melanda karena rata-rata diantaranya melalui penggemukkan terlebih dahulu.

Keadaan sedikit berbeda dirasakan oleh Udin, pengelola gerai sapi yang berada di kawasan yang sama dengan gerai Rudi. Udin mengatakan, gerainya tidak mengalami perbedaan yang tidak terlalu signifikan dengan tahun sebelumnya. Bahkan, dia mengaku harga jual pun stabil dan tidak mengalami peningkatan.

"Saya ngerasa stabil-stabil aja pembelian. Nggak terlalu beda jauh. Tahun lalu stok saya malah kurang, cuman 90-an ekor, nggak sampai 100," ujar Udin.

Meski begitu, Udin juga merasakan penurunan daya beli dari para pelanggannya. Di tahun-tahun sebelumnya, dia mengatakan yang lebih diminati justru sapi-sapi berukuran besar. Sedangkan di tahun ini, masyarakat beralih ke sapi yang berukuran lebih kecil dan jenis yang lebih murah.

"Tahun ini pada lari ke Rp 20 jutaan ke bawah. Tahun kemarin ramainya itu di sapi-sapi besar. Ini sapi-sapi besar baru 3-4 ekor. Mungkin orang Jakarta kurang uang. Tapi masih banyak yang nanya-nanya dan lihat-lihat," tuturnya.

Udin telah berjualan di area itu selama 16 tahun. Ia mengaku, gerai yang sudah dibukanya selama 1 bulan di 2022 ini tidak mengalami kenaikan operasional yang terlalu signifikan. Pun sudah beberapa kali tempatnya didatangi oleh dokter hewan setempat hingga memperoleh sertifikat kesehatan sapi. Semua sapi-sapinya pun rata-rata didatangkan dari Bima.

"Saya asli Bima, NTT. Untuk suplai dan harga semua tidak ada masalah, masih stabil-stabil saja. Tapi memang agak naik sedikit di ongkos kapal. Karena kan sekarang tidak bisa juga melewati Jawa, jadi harus lewat jalur laut," tambahnya.

DIa mengatakan, ongkos kapal yang biasanya berkisar di Rp 1,1 juta, kini bisa menyentuh angka Rp 2 juta. Hal ini dikarenakan keterbatasan alat angkut sapi di pelabuhan. Pun PMK ini juga menyebabkan pengiriman jadi terhambat, yang semula bisa ditempuh sekitar 4-5 hari, kini sapi bisa tiba di Jakarta dalam waktu seminggu.


Hide Ads