Perempuan akrab disapa Tika ini menjelaskan dari hasil riset terlihat bahwa penentuan harga tidak bekerja sendiri. "Tapi ini juga tentang experience (pengalaman) penggunanya. GoFood memiliki keunggulan secara timeline muncul paling awal jadi banyak konsumen sudah merasa mantap. Terbiasa dan nyaman dengan user interface-nya, layanannya, dan lainnya," jelasnya.
Terlebih, menurutnya, bicara harga bukan sekadar angka harga makanan atau minumannya itu sendiri. Tetapi juga secara komprehensif mencakup biaya atau ongkos kirim dan kecepatan pengiriman. Sebab gabungan dari seluruhnya merupakan satu kesatuan dalam sebuah harga.
Tika menilai bahwa layanan OFD secara umum akan semakin berkembang seiring dengan terbentuknya kebiasaan masyarakat beraktivitas secara online terutama karena dipicu situasi pandemi. Situasi ini akan memicu perkembangan bisnis para pemain layanan OFD terutama GoFood sebagai pemimpin pasar sehingga akan berdampak positif terhadap ekosistem di GOTO.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih mayoritas konsumen GoFood mengacup pada riset JAKPAT adalah Karyawan (57%) dibandingkan dengan Siswa (46%). Hal ini menggambarkan kemampuan daya beli secara berkesinambungan.
Baru-baru ini, Tenggara Strategics juga merilis hasil riset yang berjudul Survei Persepsi dan Perilaku Konsumsi Online Food Delivery di Indonesia. Hasilnya sama. GoFood menjadi juara dengan nilai transaksi terbesar dan aplikasinya paling banyak diunduh konsumen mencapai 76% dari survei yang melibatkan 1.200 responden ini.
Dari estimasi nilai transaksi atau Gross Merchandise Value (GMV) layanan OFD nasional sebesar Rp78,4 triliun pada 2021, sebesar Rp30,65 triliun di antaranya atau setara 39% adalah berasal dari GoFood. Tertinggi dibandingkan layanan OFD lainnya.
Economic Research Lead Tenggara Strategics, Stella Kusumawardhani, mengatakan dari banyak faktor yang bisa memengaruhi keputusan konsumen dalam menggunakan layanan OFD, GoFood unggul dalam banyak hal. "Memang GoFood dominasinya cukup besar. Contohnya dari awareness yang gap-nya jauh dengan ShopeeFood dan GrabFood," ucapnya.
Belum lagi dari jumlah transaksi, download, dan beberapa faktor lainnya. "Dari 12 aspek, GoFood menang di 10 di antaranya. Jadi dominan sekali memang," terusnya.
Dari hasil riset, Stella menilai bahwa memang faktor harga sangat besar pengaruhnya dalam membuat konsumen memilih layanan ini. Meski begitu, harga saja tidak cukup untuk memenangkan kompetisi pada industri ini.
"Benar. Jadi memang harga merupakan salah satu pertimbangan dari konsumen. Tapi itu bukan satu-satunya dan tidak semua konsumen tidak sesensitif itu terhadap harga," tegasnya.
Terlebih, jika penetapan harga dilakukan sekadar untuk memenangkan persaingan dan dengan cara bakar uang, dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap industri OFD itu sendiri. "Industri penginnya sesuatu yang sustainable. Tidak baik bakar uang terus. Walaupun semua tahu bahwa harga sangat menggoda. Tapi jangan fokus di situ terus," sarannya.
Terlebih pasca pandemi ini industri OFD sedang terus tumbuh dan memiliki dampak positif terhadap perekonomian yang cukup tinggi. Dengan ruang pertumbuhan yang masih sangat besar maka semestinya keberlangsungan industri perlu dijaga.
"Karena itu sektor ini menurut saya perlu diperhatikan. Karena akan tetap berkembang. Perlu ada dukungan. Sebab ada peran besar dari layanan OFD untuk terus melakukan usaha digitalisasi termasuk bagi UMKM," ucap Stella.
(fdl/fdl)