Apa Saja Capaian Abenomics Selama Shinzo Abe Pimpin Jepang?

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Jumat, 08 Jul 2022 20:15 WIB
Foto: Getty Images
Jakarta -

Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe meninggal dunia hari ini. Shinzo Abe saat menjabat sebagai Perdana Menteri memiliki berbagai kebijakan yang mampu menjaga perekonomian Jepang dengan pelonggaran kebijakan moneter, kebijakan fiskall dan reformasi struktural.

Selama masa kepemimpinannya, Shinzo Abe menyebut kebijakan yang dia tempuh memberikan kontribusi besar untuk pemulihan ekonomi Jepang.

Memang, sebelum dia menjabat sebagai perdana menteri, kondisi ekonomi Jepang sempat minus hingga akhir 2010 dan pertengahan 2011. Hal ini disebabkan oleh gempa bumi besar yang melanda timur laut Jepang dan mengguncang perekonomian negara.

Apalagi saat itu Partai Demokrat sedang berkuasa dan membuat negara dalam kondisi yang sulit. Saat Abe menjabat, ekonomi Jepang mulai tumbuh stabil, meskipun tak signifikan. Kecuali adanya kenaikan pajak konsumsi pada April 2014.

Produk domestik bruto (PDB) riil Jepang tumbuh 2,5% secara tahunan pada periode April dan Juni 2017. Saat itu banyak yang menyebut jika pemulihan ini berlangsung lebih lama dibanding periode 1965-1970.

Dalam masa kepemimpinan Abe, tingkat pengangguran juga berada pada level terendah dalam waktu 23 tahun. Namun dengan pertumbuhan ekonomi tahunan yang berada di sekitar 1% dan upah tenaga kerja yang stagnan, ekonom menyebut jika hal ini hanya sedikit berkontribusi untuk perekonomian Jepang.

Profesor Ekonomi di Universitas Rissho Hiroshi Yoshikawa mengungkapkan jika ekonomi mulai berkembang ketika masa jabatan Abe untuk kedua kalinya dan bukan karena Abenomics.

Tak cuma perekonomian, dalam masa kepemimpinan Abe, pasar saham juga tercatat mengalami lonjakan. Saat itu Indeks Nikkei 225 berada di posisi 10.395,10.

Dalam kepemimpinan Abe, Bank of Japan mulai melonggarkan kebijakan moneter yang agresif sejak April 2013. Kebijakan ini membuat aset lebih berisiko. Kemudian Bank of Japan juga membeli saham melalui dana yang diperdagangkan di bursa untuk menopang pasar saat itu.

Dengan melonggarnya kebijakan moneter ini, nilai yen tersungkur. Padahal sebelumnya yen memiliki nilai yang kuat terhadap dolar AS. Kebijakan bunga rendah dari bank sentral ini membuat yen tak lagi menarik untuk investor dan yen melemah hebat pada 2015.

Nah dengan melemahnya yen ini juga memberikan keuntungan untuk perusahaan yang berorientasi ekspor untuk menjual lebih banyak barang di luar negeri.

Ekonom juga menilai, dengan indikator ini Abenomics dinilai gagal mencapai tujuan utamanya yaitu untuk mengakhiri deflasi. Memang, Jepang saat itu sedang memerangi deflasi atau kondisi ketika harga barang dan jasa terus-terusan turun selama lebih dari satu dekade.

Ketika itu, Abe menetapkan target inflasi 2% dan kebijakan moneter BOJ serta diimbangi dengan ekspansi fiskal dari pemerintah.




(kil/eds)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork