Biang Kerok Sri Lanka Bangkrut, Chaos hingga Presidennya Mau Mundur

Biang Kerok Sri Lanka Bangkrut, Chaos hingga Presidennya Mau Mundur

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 10 Jul 2022 12:02 WIB
Demonstrators protest inside the Presidents House premises, after President Gotabaya Rajapaksa fled, amid the countrys economic crisis, in Colombo, Sri Lanka, July 9, 2022. REUTERS/Dinuka Liyanawatte
Warga menyerbu rumah Presiden Sri Lanka/Foto: REUTERS/DINUKA LIYANAWATTE

Namun, pada 2015 ia gagal mengamankan masa jabatan ketiga sebagai presiden, karena banyak pemilih muak dengan nepotisme dan korupsi di pemerintahannya serta ketergantungan berlebihan Sri Lanka pada China.

Tetapi serangan teroris pada tahun 2019 membawa keluarga Rajapaksa kembali berkuasa. Karena amandemen konstitusi melarang Mahinda mencalonkan diri untuk masa jabatan ketiga sebagai presiden, Gotabaya malah mencalonkan diri dan memenangkan kursi kepresidenan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gotabaya kemudian menunjuk Mahinda perdana menteri dan menunjuk anggota keluarga lainnya untuk jabatan kementerian utama seperti keuangan, irigasi, dan pemuda dan olahraga. Banyak ahli mengatakan kedua saudara Rajapaksa membuat kesalahan serius yang berkontribusi pada krisis saat ini.

Mahinda melakukan kesalahan dengan mendorong proyek-proyek infrastruktur yang sia-sia dengan nilai ekonomi yang kecil. Memang benar, Sri Lanka sangat membutuhkan pelabuhan dan bandara setelah konflik sipil yang panjang, tetapi hanya ada sedikit permintaan untuk pelabuhan Hambantota.

ADVERTISEMENT

Sejak selesai pada 2010, sebagian besar digunakan untuk membongkar kendaraan bekas. Bandara Internasional Mattala Rajapaksa, yang dibuka pada tahun 2013 bahkan disindir sebagai bandara terkosong di dunia karena sedikitnya maskapai yang menggunakannya.

Masalah Gotabaya berikutnya adalah memilih kebijakan populis daripada reformasi yang menyakitkan tetapi perlu dilakukan. Selama hampir empat tahun sejak 2016 ketika keluarga Rajapaksa tidak berkuasa, Sri Lanka mendorong reformasi struktural untuk meningkatkan pendapatan dan memperkuat basis fiskalnya dengan imbalan fasilitas pinjaman IMF sebesar US$ 1,5 miliar.

Gotabaya, yang menjabat pada 2019, membalikkan kebijakan itu dengan mempromosikan pemotongan pajak, yang menyebabkan pendapatan pemerintah turun 500 miliar rupee Sri Lanka (US$ 1,36 miliar).

Gotabaya juga melarang impor pupuk kimia untuk mempromosikan pertanian organik yang berdampak pada hancurnya panen teh dan beras yang penting di negara itu. Selain itu, dia lambat mencari dukungan IMF untuk mengatasi krisis saat ini karena takut diminta menaikkan pajak.

Kini, Sri Lanka dalam keadaan bangkrut karena gagal memenuhi pembayaran utang. Negara ini tidak punya pilihan selain melakukan reformasi struktural dan restrukturisasi utang di bawah program IMF, sambil memanfaatkan World Bank, India, Cina dan sumber lain untuk pinjaman.



Simak Video "Video Gemerlap Cahaya di Perayaan Waisak Sri Lanka"
[Gambas:Video 20detik]

(acd/zlf)

Hide Ads