Mengenal Yummy Kitchen, 'Restoran Siluman' yang Moncer Kala Pandemi

Mengenal Yummy Kitchen, 'Restoran Siluman' yang Moncer Kala Pandemi

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 12 Jul 2022 10:06 WIB
Cloud Kitchen Juga Perlu Kantongi Sertifikat Halal
Ilustrasi/Foto: Getty Images/ASKA
Jakarta -

Cloud kitchen atau restoran tanpa fasilitas makan di tempat kini makin menjamur. Pasalnya hanya dengan satu ruko kecil dan peralatan dapur dan meja kasir, restoran kini bisa menjual makanan melalui aplikasi online atau menjual untuk dibawa pulang.

Konsep 'dapur restoran hantu' ini memang disebut memberikan efisiensi untuk pebisnis makanan dan minuman. Pasalnya tak ada biaya-biaya untuk meja, kursi, peralatan makan dan biaya untuk pelayan atau pramusaji.

Apalagi masih di masa pandemi ini, orang juga lebih sering menggunakan aplikasi pesan antar makanan dibanding jalan ke restoran. Kali ini detikcom akan membahas soal Yummy Kitchen yaitu sebuah cloud kitchen besutan Yummy Corp yang kini sukses memiliki banyak dapur-dapur hantu di berbagai wilayah di Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Co-Founder & CCO Yummy Corp Marbio Suntanu mengungkapkan Yummy Kitchen ini sebenarnya diawali dari perusahaan jasa katering. Tahun 2017, mereka bekerja sama dengan Uni Unilever, Wings, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Indonesia, JD.id sampai Huawei untuk menyediakan konsep kantin untuk perusahaan mereka. Nah baru-baru ini Yummy Corp juga tanda tangan dengan Kedutaan Besar Australia untuk menjalankan facility management.

"Kami mengusung konsep tidak semua makanan mahal. Tapi kami sesuaikan dengan jenjang karena kalau manajer akan berbeda spending uangnya untuk makanan, staf juga berbeda. Lalu pimpinan-pimpinannya mau bikin acara bisa di tempat. Jadi kami berusaha untuk mengakomodir dari ujung ke ujung," kata dia saat berbincang dengan detikcom belum lama ini, ditulis (12/7/2022).

ADVERTISEMENT

Kemudian Yummy Corp melebarkan sayap dengan berani mengusung konsep cloud kitchen untuk pertama kalinya. Saat itu 2019, Marbio bersama dua saudaranya dan beberapa temannya membuka di Cideng, Jakarta Pusat.

"Sebelum orang mulai dan dengar cloud kitchen kami mulai duluan. Di Cideng itu, kami nggak punya banyak cuma sekitar 10 - 15 partner saja lah yang ada di situ. Karena memang kami juga masih coba konsep itu," jelas dia.

Kemudian memasuki 2020 saat itu COVID-19 masuk ke Indonesia. Dia menyadari dan berani untuk mengambil langkah. Apalagi semua restoran tutup, mal juga tutup tak ada pengunjung. Yummy Kitchen mulai ekspansif saat itu.

"Ya brand-brand besar restoran banyak yang tutup lah. Kami sadari itu, apalagi makanan kami juga lebih murah dari yang di dalam mal. Tahun 2020 itu kami buka lagi di hampir 50 lokasi, tahun 2021 kami buka lagi 50 lokasi," ujarnya.

Cloud kitchen ini menjadi pilihan karena di dunia makanan dan minuman selalu ada dua masalah atau tantangan yang bisa membantu untuk tumbuh. Pertama adalah modal dan kedua tenaga kerja yang baik. Yummy Corp kami berupaya untuk menggunakan konsep economy sharing.

"Di mana kami revenue sharing bersama brand yang jadi partner di sini. Jadi kami bisa bantu mereka, contohnya ada brand yang dulunya hanya buka di dua lokasi lalu naik jadi lima lokasi dan jadi 10 lokasi. Targetnya bisa 50 lokasi bahkan sampai 100 lokasi. Jadi pemilik brand berkesempatan membuka di banyak lokasi kami," ujar dia.

Marbio mencontohkan salah satu brand partner Yummy Kitchen bernama Dailybox. Dailybox dibantu untuk membuka 30 lokasi. Dulunya Dailybox hanya buka di 5 lokasi.

Dalam mendirikan Yummy Corp, Marbio menyebutkan modal awal yang dikeluarkan sebenarnya tidak terlalu besar, sayang dia tak mau menjelaskan berapa angkanya. Dia hanya menjelaskan jika Yummy Corp ini dimulai dari perusahaan jasa.

"Seperti tadi kerja sama dengan Unilever untuk menyediakan makanan. Kami hanya dihitung sebagai penyedia jasa. Kemudian kami juga masuk dari angel investor Ismaya Group, mereka sebenarnya salah satu investor kami," jelas dia.

Menurut dia, ketika menjalankan usaha selain modal adalah bagaimana strategi dalam mencari solusi dari masalah yang ada dan dicari oleh pasar. Kemudian saat ini Yummy Corp disebut memiliki tim yang suportif dan ujung-ujungnya sih fleksibilitas dalam usaha, harus ada inovasi.

"Karena kalau dulunya kita tidak bikin produk baru seperti cloud kitchen ini kita mungkin ketinggalan. Nah setiap masa itu fleksibilitas pasti akan berbeda. Dulu kita ada masa B2B, lalu masa cloud kitchen dan sekarang kita kalau nggak bergerak ke online atau ke offline mungkin kita juga akan ketinggalan. Dalam berbisnis memang benar-benar harus fleksibel," ujar Marbio.

Saat ini Yummy Corp memiliki sekitar 1.400 pegawai. Dulunya tahun 2017, jumlah pegawai sekitar 30 orang untuk outlet B2B. Kemudian saat memulai cloud kitchen jumlahnya naik menjadi sekitar 150 - 200.

Masuk Forbes Under 30 Tahun 2020

Marbio menceritakan adiknya Co Founder Yummy Corp Marius Suntanu masuk ke dalam daftar Forbes Under 30 Tahun 2020. Hal ini karena memang mereka memulai usahanya bersama-sama.

"Saat itu tahun 2020 Yummy lagi maju-majunya. Selain itu memang Yummy menjadi economy sharing platform di mana kita membantu UMKM yang size medium menjadi besar, di sana kita melihat kesempatan yang baik," jelas dia.

Dia mengungkapkan dalam menjalankan usaha bersama saudaranya, biasanya ada yang namanya sibling rivaly atau persaingan antar saudara. Namun, mereka meninggalkan hal itu dan bersama-sama mendorong untuk maju bersama.

"Jadi di sana (Yummy Corp) nggak bisa pakai ego itu lagi. Karena memang kita memiliki pribadi masing-masing yang berbeda dan saling melengkapi." katanya.


Hide Ads