Rahasia Bisnis Restoran 'Siluman' dan Formula Jitu Bisnis Kuliner

Wawancara Khusus CCO Yummy Corp Marbio Suntanu

Rahasia Bisnis Restoran 'Siluman' dan Formula Jitu Bisnis Kuliner

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance
Selasa, 12 Jul 2022 08:00 WIB
CCO Yummy Corp Marbio Suntanu dan Marius Suntanu
Foto: Sylke Febrina Laucereno
Jakarta -

Pernahkah kamu ketika membeli makanan di aplikasi ojek online tapi tak ada restoran fisik? Jadi cuma dapur yang menyediakan makanan siap saji untuk dibawa pulang atau diambil ojek online.

Nah konsep ini dinamakan dengan cloud kitchen. Cloud Kitchen adalah bisnis model dapur bersama yang menyediakan fasilitas untuk memproduksi makanan dari berbagai brand kuliner dan hanya melayani pembelian dengan sistem pesan antar. Hal ini membuat cloud kitchen kerap dianalogikan seperti restoran 'siluman' karena tanpa fisik alias konsumen tidak bisa makan di tempat.

detikcom kali ini mewawancarai Co-Founder & CCO Yummy Corp Marbio Suntanu. Yummy Corp adalah startup yang membawahi Yummy Kitchen, salah satu cloud kitchen terbesar di Indonesia. Yummykitchen sebagai operator full-service cloud kitchen telah beroperasi di lebih dari 70 lokasi, mengurus segala keperluan seperti sewa tempat, pekerja, dan biaya operasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yummy Kitchen dalam bisnisnya berhasil meraih pendanaan dari investor luar negeri. Selain itu salah satu pendirinya juga masuk daftar Forbes under 30.

Seperti apa lengkapnya bisnis cloud kitchen dan apa kiat suksesnya hingga membangun bisnis sebesar ini dalam waktu singkat? Berikut wawancara selengkapnya:

ADVERTISEMENT

Bagaimana sejarah didirikannya Yummy Kitchen?

Kami mulai di tahun 2017. Saat itu kita menyadari pentingnya makanan di waktu kita kerja. Apalagi orang kan kalau kerja 8-10 jam. Sebagian besar kehidupan hanya untuk bekerja. Awalnya kita, sampai kita berhasil seperti sekarang kita bekerja sama dengan Unilever, Wings, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Indonesia, JD.id sampai Huawei untuk menyediakan konsep kantin untuk perusahaan mereka. Nah baru-baru ini kita juga tanda tangan dengan Kedutaan Besar Australia untuk menjalankan facility management dari sisi makanan mereka. Awalnya dari itu saja.

Kami mengusung konsep tidak semua makanan mahal. Tapi kami sesuaikan dengan jenjang karena kalau manajer akan berbeda spending uangnya untuk makanan, staf juga berbeda. Lalu pimpinan-pimpinannya mau bikin acara bisa di tempat. Jadi kami berusaha untuk mengakomodir dari ujung ke ujung.

Cloud kitchen tahun berapa?

Nah cloud kitchen pertama kali kami itu 2019 di Cideng. Sebelum orang mulai dan dengar cloud kitchen, kami mulai duluan. Di Cideng itu, kami nggak punya banyak cuma sekitar 10-15 saja lah yang ada di situ. Karena memang kami juga masih coba konsep itu.

Datanglah 2020, saat itu mulai COVID-19 kan di Indonesia. Kami sadar, di sini kami harus berani ambil langkah. Apalagi semua restoran tutup, mal juga tutup nggak ada yang datang. Ya brand-brand besar restoran banyak yang tutup lah. Kami sadari itu, apalagi makanan kami juga lebih murah dari yang di dalam mal. Tahun 2020 itu kami buka lagi di hampir 50 lokasi, tahun 2021 kami buka lagi 50 lokasi.

Kenapa cloud kitchen menjadi pilihan?

Kenapa kami mulai cloud kitchen? Begini, di dunia makanan dan minuman selalu ada dua masalah atau tantangan yang bisa membantu kita untuk tumbuh. Pertama adalah modal dan kedua tenaga kerja yang baik. Di sini Yummy Corp kami berupaya untuk menggunakan konsep economy sharing. Di mana kami revenue sharing bersama brand yang jadi partner di sini.

Jadi kami bisa bantu mereka, contohnya ada brand yang dulunya hanya buka di dua lokasi lalu naik jadi lima lokasi dan jadi 10 lokasi. Targetnya bisa 50 lokasi bahkan sampai 100 lokasi. Jadi pemilik brand berkesempatan membuka di banyak lokasi kami.

Nah salah satu brand partner kami namanya Dailybox, kami bisa bantu mereka untuk membuka 30 lokasi. Dulunya mereka hanya buka di 5 lokasi. Jadi mereka juga tetap bisa punya gerai sendiri dan punya gerai di Yummy Kitchen.

Berapa modal awal yang digunakan untuk membangun Yummy Corp?

Begini, modal awal kami sebenarnya tidak terlalu besar. Karena kami memulai dari perusahaan jasa. Seperti tadi kerja sama dengan Unilever untuk menyediakan makanan. Kami hanya dihitung sebagai penyedia jasa. Kemudian kami juga masuk dari angel investor Ismaya Group, mereka sebenarnya salah satu investor kami.

Menurut saya, di sini sebenarnya yang terpenting bukanlah modal. Tapi bagaimana kita mencari solusi dari masalah yang ada dan dicari oleh pasar. Kemudian saat ini kami memiliki tim yang suportif dan ujung-ujungnya sih fleksibilitas dalam usaha, harus ada inovasi. Karena kalau dulunya kita tidak bikin produk baru seperti cloud kitchen ini kita mungkin ketinggalan. Nah setiap masa itu fleksibilitas pasti akan berbeda.

Dulu kita ada masa B2B, lalu masa cloud kitchen dan sekarang kita kalau nggak bergerak ke online atau ke offline mungkin kita juga akan ketinggalan. Dalam berbisnis memang benar-benar harus fleksibel.

Bisnis cloud kitchen ini mulai kencang pas COVID-19 ya?

Benar, karena yang B2B melambat. Jelas, karena orang kan tidak masuk ke kantor. Nah di cloud kitchen justru berkembang pesat, kami mulai fokus ke sana.

2020 cloud kitchen berkembang pesat, paling banyak di wilayah Jabodetabek?

Benar, memang kami fokus dulu ke Jabodetabek. Karena kami juga kan memang baru mulai, kami harus memahami dan mengerti konsep ini, bagaimana jika terus berkembang pesat. Kami juga belajar bagaimana mengontrol outlet yang tidak kelihatan seperti di luar kota. Membangun sistem, CCTV, sentral kasir, inventory dan semua produk bisa terdata. Jadi kami membangun sistem yang kuat dan menargetkan menguasai pasar Jabodetabek dulu.

Berarti pegawai yang menjaga gerai itu adalah pegawai Yummy Corp?

Betul, sekarang kami ada pegawai sekitar 1.400. Dulunya tahun 2017 pegawai kami sekitar 30 untuk outlet B2B. Lalu mulai cloud kitchen naik menjadi sekitar 150-200. Itu dulu tergantung shiftnya. Jadi tahun pertama kami punya maksimum 200 orang. Saat buka cloud kitchen memang tak terlalu banyak, tapi tahun ini kita semakin berkembang.

Memang ini bisa dibilang usaha padat karya. Jadi kita perlu banget orang-orang dan tim yang suportif yang bisa membantu kita tidak hanya di lapangan tapi di kantor dan juga bisa mengerti sistem dan cara kontrol sekarang digital.

Bagaimana Anda melihat tren bisnis makanan ke depan?

Kalau mau bisnis makanan ini harus dilihat dulu jenisnya. Misalnya ada yang masuk kategori klasik dan kategori trending. Untuk klasik itu seperti nasi, ayam goreng sambal itu nggak ada matinya. Tapi kalau kita omongin yang trending itu yang baru-baru ini seperti croffle, lalu ada yang namanya croffle donat, dan bomboloni atau donat isi.

Nah ada contoh, seperti Kopi Tuku itu dia dulu bikin es kopi susu gula aren dan trending, ramai. Akhirnya dia lama-lama berubah menjadi klasik itu yang kita lihat. Jadi dalam bisnis makanan itu ada yang mulanya tren dan mati. Ada tren yang tetap survive dan menjadi klasik. Bisa dilihat sekarang rasanya tidak ada tempat kopi yang tidak menjual kopi susu gula aren.

Jadi dari tahun ke tahun memang pasti ada tren yang hidup dan mati, itu sudah pasti dan itu hal yang biasa di dunia bisnis F&B.

Bagaimana melihat tren bisnis F&B, sampai kapan untuk jenis trending ini bisa bertahan dan menjadi klasik?

Biasanya, kalau trending atau ramainya lebih dari satu tahun, kemungkinan mereka akan bertahan. Tapi kalau dalam 6 bulan saja sudah menyusut, sepi dan tidak jadi produk komplementari ya dia hanya akan jadi tren yang lewat begitu saja. Jadi pemilik bisnis juga harus cepat dan berani mengambil langkah berikutnya.

Bagaimana Yummy Kitchen menghadapi tren ini?

Kami selalu menyediakan tempat untuk jenis klasik dan tren. Tapi untuk bagian makanan sehari-hari ada batasan agar harga makanan tidak terlalu mahal. Kalau kita jual semuanya Rp 50 ribu ke atas siapa yang mau beli kan? Jadi kisaran harganya ada yang Rp 25 ribu, Rp 27 ribu sampai Rp 35 ribu.

Tapi kalau jenis makanan healthy itu memang agak mahal karena makanannya kan harus fresh. Jadi kalau tidak bagus terpaksa harus kami buang. Hal ini supaya bisa memberikan makanan fresh lagi besok harinya. Nah untuk healthy mungkin bisa mulai dari yang paling murah itu Rp 65 ribu bisa lebih dari itu.

Kemudian untuk jenis snack atau makanan ringan harus ada yang asin dan manis dan harganya pasti dibedakan. Kemudian ada juga snack yang untuk makan sendiri dan makan bersama. Jadi kalau donat 1 lusin itu kan tidak mungkin orang makan sendiri. Jadi kami memiliki pembagian ke depannya.

Bagaimana strategi Yummy Corp ke depan?

Yummy Corp sebagai perusahaan penyedia solusi makanan memiliki cloud kitchen sebagai produk yang ditawarkan. Kami membangun ekosistem ketika orang datang mau membangun bisnis F&B bisa mencari kami. Nanti akan dibahas mulai dari product development seperti design, marketing strategi ke depan bagaimana dan rencana pembukaan di lokasi yang tepat.

Jadi kami berusaha menjadi end to end. Bahkan titik di mana produksinya sudah tidak bisa, kami akan mencarikan partner atau membantu produksi. Misal, yang tadinya kapasitas dapur cuma bisa bikin 10 lokasi, jadi naik 20, lalu jadi 50. Lebih ke situ sih tujuan pembangunan ekosistem dan harus kuat.

Apa kunci sukses dalam berbisnis makanan?

Sebenarnya kalau makanan itu kan harus konsisten. Mulai dari rasa, penyajian, sampai harga. Jadi rasanya harus sama ketika ada pesanan berikut-berikutnya. Ini kami pelajari dari restoran fastfood. Mereka semua makanan di titik manapun rasanya selalu enak, selalu sama, bentuknya sama, harganya sama, dan ukurannya juga sama.

Itu dari sisi konsumen. Kalau dari sisi brand partner itu sebenarnya ujungnya harus berbagi pengalaman. Karena kami sudah membantu banyak brand dengan industri atau produk yang berbeda otomatis pelajarannya akan banyak.

Nah dari sini, kami memiliki review secara periodik. Misal satu bulan sekali atau 3 bulan sekali. Kalau bisnisnya lancar bisa diatur untuk restrategi dan cari masalah dan solusi-solusi lain. Contohnya saat launching cuma punya 12 produk. Nah dari 12 produk ini pemecahannya seperti apa sih. Apakah hanya bento saja, atau bisa berubah nggak jadi rice bowl. Atau ada produk lain yang bisa di-mix supaya jadi lebih banyak.

Lalu selama 6 bulan atau 1 tahun pasti ada nih brand menu yang tidak laku pada saat kita menjalankan satu bisnis F&B, produk yang tidak laku bukan berarti kita tidak sukses. Sebenarnya memang F&B itu harus paham branding dan trendingnya. Kalau trennya sudah turun otomatis tidak perlu dikejar lagi. Harus cari produk yang baru dengan rasa yang baru supaya konsumen datang dan tertarik buat kembali.

Untuk jenis produk trending, masih bisa diusahain lagi atau lebih baik ditinggal aja?

Sebenarnya, konsumen itu patokannya bukan cuma di produk aja. Ada beberapa yang mereka perhatikan. Misalnya Kopi Tuku, sekarang Tuku kan udah terkenal di mana-mana. Ketika mereka datang, mereka sebenarnya tidak lagi cari menu klasik. Sesekali mereka akan coba menu baru. Itu yang ada di Tuku. Jadi mereka akan percaya dulu sama brand nya.

Branding memang penting banget ya?

Benar, jadi branding itu sangat-sangat penting dan produk adalah salah satu contoh yang bisa dijual. Tapi brand itu membuat kita percaya untuk selalu kembali.

Bagaimana caranya jika ingin bergabung dengan Yummy Kitchen?

Bisa membuka website Yummykitchen.com. Setelah itu ngobrol dengan tim partnership. Kemudian membahas terkait fanbase makanan sudah atau ada belum. Lalu membicarakan terkait marketing. Karena ujung-ujungnya kalau kita listing tapi tidak ada yang kenal brandnya, bukan cuma kami yang rugi tapi brand partner juga rugi seperti makanan kadaluarsa atau rusak.

Kami juga ngobrol dan membicarakan teknik untuk berkembang. Lalu investasi atau modal untuk brand mereka. Mulai dari followers di media sosial, rencana buka di banyak lokasi, promosi di aplikasi supaya orang mau coba. Kuncinya adalah mau diajak bekerja sama.

Tapi banyak yang ngerasa 'Yah investasi kita udah tinggi nih dari awal, karena itu kita nggak mau ikut promo ah, kita nggak mau gabung ah sama influencer', itu yang disana jadi agak stuck sih dimana kesempatan yang tadinya bisa mengeluarkan nama mereka jadi hilang gitu.

Seberapa penting promosi melalui influencer?

Definitely untuk awal-awal itu sangat membantu, apalagi dari brand yang kecil karena bagaimana caranya lagi untuk membuat brand kita keluar selain dari teman-teman yang sebenarnya udah ada followers. Kalau satu orang punya followersnya 10 ribu, atau 100 ribu yang nonton paling 10% aja deh sebenarnya yang ngelihat brandnya kita kalau yang lihat followersnya 100 ribu ya ada 10 ribu orang gitu ya.

Nah kalau 10 ribu orang lihat belum tentu lokasinya di satu sekumpul. Jadi kalau punya satu lokasi yang 10 ribu lihat tapi penyebarannya luas kan sebenarnya nggak cukup efektif gitu ya. Karena itu idealnya punya beberapa lokasi bekerjasama untuk mengembangkan kembali lagi investasinya itu untuk brand mereka sendiri nih. Ada atau tidaknya dalam Yummy, buka sendiri atau buka dalam Yummy ujung-ujungnya investasi itu ke brand mereka bukan ke kita gitu.

Tips untuk anak muda yang mau memulai usaha, apa saja yang harus dilakukan?

Pertama-tama menurut kita fokus ya, jangan jadiin bisnis utama kita jadi sampingan. "Oh ini sambilan lah, kita buka ini aja," gitu. Karena kalau sambilan ya fokus uang yang datang ya uang sambilan gitu bukan uang utama, kita sih selalu lihatnya begitu.

Terus yang kedua mungkin harus berani susah sih awal-awal. Saya juga di Yummy ada momen dimana saya bangunnya jam 3 buat ke dapur, terus tidurnya jam 5 karena besok kita mau launching, ada yang berangkat dari jam 5 terus kita sampai event kita selesai jam 2 pagi. Jadi gitu ya sebenarnya harus gulung lengan baju, siap kotor, siap capek, menurut saya itu penting banget sih. Karena memang tidak ada yang gampang dan kita harus cari partner atau tim yang baik.

Bagaimana cara mencari partner yang baik itu?

Pertama-tama kalau kita cari partner kita kenali diri sendiri. Kita jagonya apa, sukanya apa yang kalau kita kerjain 100 hari, 1000 hari nggak ngerasa keberatan. Kita cari partner yang sebenarnya menutup kekurangannya kita gitu ya. Misalkan kita jagonya analisa gitu. Kita cari partner yang jagonya jualan gitu.

Nah kolaborasi dari sisi partnership untuk mencari yang tepat penting sih karena kita percaya nggak ada yang bisa bekerja sendiri sebenarnya begitu dan pastinya Yummy hari ini nggak bisa di sini kalau bukan karena kontribusi semua individual dari yang kecil ke besar sampai hari ini gitu.

Kalau untuk mencari modal atau ingin cari investor harus bagaimana?

Pertama-tama kita harus ngerti dulu investor itu maunya apa. Apakah yang mereka cari growth atau perkembangan secara cepat, apakah yang mereka cari profitability bagaimana cara mencari untung di PnL-nya atau profit and lost-nya merek, ada yang cari balance between growth-nya minimum segini tapi kalian harus punya bottom line segini, ada yang mencari return of investment dengan cepat gitu contohnya.

Jadi kita harus ngerti dulu investor kita itu carinya apa? Definitely kita lihat sebenarnya yang kedua pahami industrinya karena kita harus bisa cari kesempatan tapi kesempatan itu juga bukan satu-satunya solusi gitu ya. Solusi dari permasalahan di industri itu juga penting.

Nah yang terakhir adalah kita harus set target misalkan targetnya 100 kita harus set targetnya 120 sebenarnya gitu supaya ketika kita tidak mencapai targetnya kita kita sebisa mungkin ke 100 itu jadi pedoman hidup sih dari dulu jadi kita harus set target di atas yang kita targetkan gitu.

Bagaimana step menghubungi calon-calon investor?

Kami mulai dari teman awalnya. Mulai dari bos kita di kerjaan sebelumnya, mulai dari orang yang kita kenal yang sebenarnya sadar punya impact di industri itu sendiri gitu.

Termasuk contoh kenapa Yummy bareng sama Ismaya karena mereka salah satu perusahaan F&B terbesar yang paling ngerti nih, mereka udah 15 tahun. Waktu ngobrol merek udah 13 tahun di industri. Berapa banyak perusahaan yang udah 13 tahun ya kasarnya kalau ngomong seluk beluk jalan tikus pun mereka udah mengerti gitu sebenarnya. Kita harus cari partner yang tepat yang kalau kita nabrak tembok bisa nanya solusinya bagaimana sih atau pengalaman mereka sebelumnya bagaimana sih.

Tentunya nggak semua bisa diikuti karena zaman kan berubah. 10 tahun yang lalu sama sekarang sudah beda jauh kan, nanti 10 tahun ke depan orang nganggep kita tempat bertanya tapi belum tentu jawaban yang kita kasih itu sebenarnya solusi gitu ya dibandingkan hari ini mungkin dari sisi pengertian teknologi jauh kita lebih maju dari semuanya tapi kalau yang nggak bisa kita pungkiri dari pengertian pasar, dari pengertian industrinya itu sendiri, dari pengertian produksi, itu pengalaman yang klasik ya atau baku di industri F&B itu sendiri.

Waktu dapat suntikan dari Softbank bagaimana?

Begini, jadi kalau kita ngomongin industri startup kita harus ngerti dulu tahap-tahap pendanaan gitu ya. Yang pertama itu seed ya atau benih.

Benih itu mulainya bener-bener dari teman-teman kita, angel investor, kami punya Ismaya dulu. Karena dulu modalnya kecil, kita perlu sebenarnya membangun perusahaan biasa yang modalnya tidak tinggi.

Setelah itu, setelah perusahaan berkembang kita ngobrol nih sama investor, ikut banyak banget acara perkumpulan startup atau investor yang selalu mencari. Karena kalau orang bilang nyarinya susah jangan lupa investor itu punya tugas. Pekerjaan mereka itu adalah mencari the next big thing. Mencari perusahaan yang ke depannya harus di investasikan dengan baik.

Jadi kita punya tugas tapi juga investor itu punya PR. Nah PR-nya itu ya kita juga harus sering ngobrol, harus sering ikut perkumpulan, harus ketemu sama teman-teman start up yang lain yang udah biasa gitu ya. Kembali lagi ke ujung-ujungnya network juga penting tapi kerajinan lebih nomor satu sih gitu ya.

Setelah benih, yang kedua itu namanya seri A. Seri A itu tujuannya sebenarnya kita menggalang dana untuk membuktikan teori kita nih gitu ya. 'Saya perlu uang sekian, saya punya strateginya begini, ada yang mau ikut atau nggak, atau kalian berani bersama dengan kita dalam membantu atau men-support kita untuk maju ke stage selanjutnya atau nggak gitu' Nah itu seri A sebenarnya.

Kemudian seri B adalah pada saat teorinya itu sudah terbukti sudah berjalan. Nah seri B kita meminta dana lebih untuk lebih mengembangkan usaha berdasarkan teori-teori sebelumnya itu sih sebenarnya. Jadi kalau kita ngobrol startup yang udah di Seri B bahkan Seri C sebenarnya mereka udah ngerti dan udah dapat titik terang bagaimana cara mengembangkan usaha mereka itu sendiri gitu.

Jadi di tahap Seri C itu sudah bisa jalan sendiri?

Benar sudah bisa berjalan. Banyak orang kan nanya burn atau bakar uang karena semua orang bahas bakar uang. Ke depannya juga kita sadar investor ini terutama dengan ekonomi seluruh dunia udah mulai inflasi, orang udah rumor-rumor negara banyak yang masuk ke resesi, dimulai juga dengan perang gitu ya contoh. Investor-investor juga akan mengarah ke profitability lebih dari pada perkembangan pesat, ke depannya kita lihat begitu.

Jadi investor mulai menagih keuntungan?

Benar. Nah jadi kepada teman-teman atau kepada startup-startup lain kita sih ngobrolnya udah di level pada saat kita udah set up buat suatu bisnis kita harus udah tau bagaimana cara cari untungnya.

Nah pada saat kita sedang mengembangkan usaha kita sebenarnya bisa berfikir kita mau atau nggak mau kita invest ke marketing untuk bantu berusahanya berkembang. Tapi pada saat biaya marketing atau budget marketing kita kurangin kita tetap harus mengerti bagaimana cara cari untung di usaha itu sendiri gitu.

Sekarang lagi ramai startup PHK, bagaimana tanggapan Anda?

Yang tadi sudah dijelasin kita nggak bisa pungkiri bahwa industri investasi ini lagi sensitif. Perang mulai, terus COVID-19 sudah 2 tahun, nggak kerasa juga.

Nah itu kan memperlambat ekonomi gitu ya terus sekarang pemerintah otomatis dari tahun ke tahun menurunkan sebenarnya suku bunga supaya perputaran uang di ekonomi ini supaya cepat.

Sebenarnya tujuan mereka itu seperti ini bahkan negara besar seperti Amerika saja di tahun lalu untuk meminjam uang itu 0 interest rate dengan itu sebenarnya itu men-trigger inflasi atau resesi gitu. Kalau kita lihat sebenarnya harga-harga udah semakin tinggi. Mereka investor ke depannya percaya lebih baik mengambil posisi bertahan.

Nah ke depannya juga kita melihat startup seperti yang sudah dijelaskan lebih mementingkan profitability dari pada growth atau balancing ya sebenarnya atau cara cari uang atau profit tapi tetap berkembang dengan cara sehat begitu. Mungkin tadinya setiap bulan 20-30% tapi sekarang 10% sudah mendapat untung sudah baik gitu.

Terus dari kita untuk meminamilisir PHK tujuan kita sebenarnya lebih banyak bekerjasama dengan banyak perusahaan sama brand partner yang tepat itu tujuan yang utama sih. Kalau kita punya partner-partner dari lokasi yang baik dan partner-partner dari produk yang baik kan penjualan tetap meningkat gitu apalagi kita bukan di industri yang mahal kasar. Atau bukan di industri yang premium dimana pada saat orang kena resesi yang pertama disimpan itu kita nggak beli barang yang mahal.

Nah kita ada di industri harian kalau punya partner yang tepat sebenarnya peluang untuk berkembang ini masih sangat besar. Kita aja baru ada di 4 kota sedangkan Sabang sampai Merauke kotanya kan ratusan gitu ya. Jadi untuk bisa mengembangkan sayap sebenarnya kita melihat potensi berkembang itu lebih besar daripada kondisi kita hari ini gitu.

Lalu salah satu pendiri yang masuk Forbes Under 30 bagaimana?

Itu adik saya. Karena kita sebenarnya mulainya bersama ya. Kami adik kakak, sebenarnya susah ya kan ada yang namanya sibling rivalry atau kayak kita satu sama yang lain harus sama-sama mendorong untuk maju bersama, tapi ya di sana nggak bisa pakai ego gitu ya.

Nah gimana ceritanya kita bersama sebenarnya sih karena masing-masing kita punya pribadi yang berbeda.

Co-founder of Yummy Corp Marius Suntanu

Kakak saya udah lama di industri sebenarnya di finance dan industri investasi, terus saya lama di bidang sebenarnya entrepreneur jadi memulai beberapa bukan hanya F&B tapi yang lain, Marius ini kita lihat dia punya passion untuk makanan untuk menu gitu untuk experience itu sangat baik.

Nah jadi dari sana kita berfikir baiknya sih kita bekerja dengan melengkapi satu sama lain gitu sih. Tapi ini kan bukan perusahaan keluarga, kita juga punya beberapa partner, Daisy, Juan, Amey yang pemikirannya itu berbeda beda.

Daisy itu dari industri katering, perusahaan sebelumnya dia udah 7.000 porsi sehari, jadi dia sudah cukup besar. Juan itu dia udah lama di startup tapi dia sempat menjadi country manajer dari Food Panda.

Terus Amey dia itu dulu CFO Harvest cake dan masing-masing ini compliment each other gitu sih jadi melengkapi satu sama lain. Sebenarnya kita juga masuk dari salah satu lagi maju banget, maksudnya usaha kita lagi maju banget dan pas banget Under 30 itu saya jadi kita masuk di under 30 itu. Mungkin karena pada saat itu tujuannya adalah menjadi economy sharing platform dimana kita bantu UMKM yang sizenya medium menjadi besar di sana sih. Kita lihat itu kesempatan yang baik dan Forbes merasa itu adalah suatu yang baik untuk Indonesia.


Hide Ads