Bonge Cs di Mata PKL hingga Starling, Bikin Untung Apa Buntung?

Bonge Cs di Mata PKL hingga Starling, Bikin Untung Apa Buntung?

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 18 Jul 2022 06:00 WIB
Penjual Kopi Keliling
Foto: detikcom/Ari Saputra
Jakarta -

Kawasan Dukuh Atas kini makin ramai dengan adanya fenomena Bonge Cs. Bukan cuma nongkrong, muda mudi dari daerah penyangga kota Jakarta ini ada yang bersolek hingga ngonten di Dukuh Atas.

Selama sekitar sebulan ke belakang kawasan ini makin jadi buah bibir. Kawasan yang makin ramai jadi berkah buat pedagang kaki lima hingga penjual kopi keliling alias starling. Omzet para pedagang kecil ini meningkat pesat gegara Bonge Cs bikin ramai kawasan Dukuh Atas.

Thoriman, salah satu starling yang ditemui detikcom di Dukuh Atas mengakui omzetnya meningkat 3 kali lipat gegara Bonge Cs. Sebelum ada fenomena Bonge Cs, sehari-hari Thoriman cuma bisa meraup keuntungan Rp 100.000-150.000 saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun kini, dengan adanya fenomena Bonge Cs dirinya bisa mendulang untung sampai Rp 500.000 per hari. Kondisi ini dirasakan sejak akhir Juni lalu saat fenomena Bonge Cs mulai jadi perhatian banyak pihak.

"Pas ada anak anak Bojong Gede ini memang ramai bisa dapat Rp 500.000-an sehari. Laku banget dagangan saya," kata Thoriman saat berbincang dengan detikcom, Minggu (17/7/2022).

ADVERTISEMENT

Hal serupa juga diakui Sumardi, starling lainnya yang 'ngetem' di Dukuh Atas. Sama seperti Thoriman, omzetnya melonjak 3 kali lipat. Dalam sehari, uang Rp 400.000-500.000 sangat mudah dikumpulkan.

"Emang makin laku pas ada Bonge-bonge itu. Mereka kan minum juga panas di sini, Rp 400.000-500.000 mah gampang didapatnya," kata Sumardi kepada detikcom.

Bukan cuma starling yang ketiban untung. Rofi, pedagang jajanan batagor juga naik omzetnya. Dia berdagang sejak awal tahun ini di Dukuh Atas, sebelum adanya fenomena Bonge Cs, pendapatannya cuma mentok di Rp 1.500.000.

Setelah Bonge Cs 'menguasai' Sudirman sekitar sebulanan ini Rofi mengaku bisa meraup untung sampai Rp 2.000.000 sekali mangkal.

"Dulu mah Rp 1.500.000 aja, mentok itu. Seringnya di bawah itu. Pas ada Bonge-bonge ini, kemarin sempat pas malem minggu bisa dapat Rp 2.000.000," tutur Rofi ditemui detikcom di lapaknya.

Meski begitu, ibarat pisau bermata dua, fenomena kehadiran Bonge Cs ini nyatanya tak melulu memberikan keuntungan. Kok bisa?

Buka halaman selanjutnya buat dapat info lebih lengkap.

Keluhan datang dari Rofi, meski mengaku Bonge Cs bikin omzetnya naik namun nyatanya kumpulan bocah ini bisa juga jadi menghambat pihaknya untuk berdagang.

Hal itu terjadi karena Satpol PP makin banyak berjaga di kawasan Dukuh Atas. Tak jarang lapaknya yang berada di sekitar Dukuh Atas diusir oleh petugas yang berjaga.

"Jangan terlalu banyak bocah-bocah dah kita maunya. Satpol PP ini jadi banyak keluar, saya sering diusir sekarang. Sering muter mereka sekarang, tiap hari ada di sini jadinya," kata Rofi.

Waktu berdagang pun jadi terbatas. Bila awalnya Rofi bisa berdagang hingga pukul 21.00 atau 22.00 WIB. Semenjak banyak Satpol PP, pukul 19.00 atau 20.00 WIB pedagang sudah dimintai berkemas.

"Kadang kalau nggak diusir ya jualan kita dibatasin. Nggak bisa sampai malam, jam 7 atau jam 8 udah diminta pulang. Yang nongkrong kan pada sampai malam," kata Rofi.

Hal ini juga diakui Thoriman. Beberapa minggu ini setelah fenomena Bonge Cs ramai diperbincangkan, dirinya makin sulit berdagang.

Waktu awal-awal Bonge Cs ramai nongkrong di Dukuh Atas, dirinya bisa berjualan sampai ke Terowongan Kendal. Meski mengetahui hal itu dilarang, namun dia tetap melakukannya. Pasalnya, di situ lah pusat keramaian Dukuh Atas.

Namun semenjak seminggu ke belakang, hal itu dilarang. Banyak pihak yang menjaga kawasan Dukuh Atas. Dari petugas Pemprov DKI Jakarta sampai Satpol PP.

"Banyak banget yang jaga, kalau di pinggir gini emang sepi. Kadang juga saya ya diusir-usirin juga," tutur Thoriman kepada detikcom.

Thoriman mengaku kecewa kalau sudah berdagang makin diperketat. Padahal, di Dukuh Atas kawasannya ramai. Pendapatannya pun menurun saat tak lagi bisa berdagang ke Terowongan Kendal.

"Kecewa saya kalau jualan diusirin begitu. Biasanya nggak akan mau saya jualan lagi mendingan pulang aja udah. Capek," kata Thoriman.

"Nggak bisa masuk ke terowongan jadi sepi. Sekarang nggak lagi Rp 500.000 per hari. Turun, paling Rp 200.000, Rp 300.000," pungkasnya.


Hide Ads