Ini Dampak Ngeri Kalau RI Resesi, tapi Jangan Panik

Ini Dampak Ngeri Kalau RI Resesi, tapi Jangan Panik

Anisa Indraini - detikFinance
Senin, 18 Jul 2022 20:45 WIB
Poster
Ilustrasi Resesi. Foto: Edi Wahyono
Jakarta -

Dunia berada di ambang resesi akibat inflasi semakin menggerogoti ekonomi. Hal ini tidak terlepas dari Indonesia yang berada di urutan kedua terbawah dari 15 negara berpotensi resesi berdasarkan survei Bloomberg.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan jika resesi terjadi dampaknya ke masyarakat adalah sulitnya memperoleh barang-barang dari sisi keterjangkauan harga karena pada melambung tinggi.

"Ini yang dikhawatirkan, tapi di Indonesia kemungkinannya kecil karena bauran kebijakan pemerintah terutama menambah subsidi untuk BBM, listrik dan gas juga ditingkatkan. Sehingga ada inflasi tapi relatif bisa lebih diredam. Inflasi pangan yang lebih tinggi sebetulnya dibanding inflasi umum karena sebagian disebabkan karena faktor global," kata Faisal, Senin (18/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dampak kedua jika terjadi resesi adalah banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kenaikan harga bahan baku pada tingkat produsen. Di sisi lain, permintaan atau konsumsi dari masyarakat akan menurun, sehingga terjadi penurunan omzet.

"Nah ini cenderung membuat produsen nantinya akan menahan atau menekan biaya produksi, salah satunya menekan upah buruh dan menekan penyerapan tenaga kerja," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Dampak dari itu tentunya akan berkesinambungan. Saat PHK besar-besaran terjadi, otomatis pengangguran dan jumlah masyarakat miskin akan bertambah.

"Dari dampak resesi itu yang paling jelas adalah orang miskin makin bertambah karena naiknya harga biasanya ditandai oleh garis kemiskinan naik, sementara pendapatan masyarakat tetap," kata Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad dihubungi terpisah.

Meski begitu, Tauhid menilai kalau pun nantinya Indonesia terjadi resesi, penurunan ekonomi tidak akan sedahsyat saat awal pandemi COVID-19 yang disebabkan adanya pembatasan aktivitas fisik. Jadi masyarakat nggak perlu panik ya, hanya tetap waspada terhadap kenaikan harga-harga barang.

"Sekarang mungkin tidak sedahsyat pada waktu itu, penurunan pertumbuhan ekonominya tidak se-drastis pada waktu pandemi, tapi lebih relatif soft. Memang masyarakat tidak boleh panik tapi harus antisipatif terutama fenomena inflasi itu sendiri dan fenomena kenaikan harga yang mulai merangkak naik," tuturnya.

Prediksi soal Indonesia yang berpotensi alami resesi tidak perlu disikapi dengan panik karena risikonya terbilang kecil yakni 3%. Berbeda dengan Sri Lanka yang menempati posisi pertama dengan persentase 85%, New Zealand 33%, hingga Korea Selatan dan Jepang 25%.

Daripada panik, mending baca persiapan yang bisa dilakukan untuk menghadapi resesi jika (amit-amit) terjadi di halaman berikutnya.

1. Kencangkan Ikat Pinggang

Bagi masyarakat menengah ke bawah, ada baiknya agar lebih berhemat dan menunda seluruh pengeluaran untuk kegiatan di luar kebutuhan pokok seperti liburan. Tingginya inflasi membuat sulitnya memperoleh barang-barang dari sisi keterjangkauan harga karena pada melambung tinggi.

"Kalau masyarakat menengah atas yang mampu sebenarnya harusnya konsumsi, tapi menengah bawah mau nggak mau karena harga naik dan sebagainya, otomatis mereka harus mengencangkan ikat pinggang," kata Tauhid.

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, masyarakat harus banyak berhemat dan menurunkan gaya hidup. Semakin aman likuiditas rumah tangga, maka semakin tahan terhadap kenaikan harga.

"Cash is the king berlaku dalam menghadapi resesi," tuturnya.

2. Siapkan Dana Darurat

Jika belanja sudah dikurangi, Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho menyarankan agar uangnya disimpan untuk dijadikan dana darurat seandainya terjadi resesi. Hal ini agar masyarakat tidak kaget dan kelimpungan saat mengalami kondisi yang tidak diinginkan seperti PHK/dirumahkan.

3. Mencari Penghasilan Tambahan

Mencari penghasilan tambahan dengan cara mencari pekerjaan sampingan bisa dilakukan untuk berjaga-jaga dari naiknya biaya hidup. Menurut Andy, ada banyak hal yang bisa dilakukan mulai dari menjadi driver ojek/taxi online, kurir paket/makanan, menjadi reseller/menjual produk tertentu, sampai memulai bisnis sendiri.

4. Pindahkan Investasi ke Instrumen Lebih Aman

Jika memiliki investasi yang berada di instrumen cukup tinggi seperti saham, disarankan agar semakin rajin memantau dan segera pindahkan ke instrumen lebih aman jika terjadi penurunan tajam.

Adanya risiko resesi dibutuhkan instrumen investasi yang berisiko rendah. "Paling aman tentunya tabungan dan deposito di bank. Jika ingin dapat yang bunganya lebih tinggi namun dengan risiko lebih tinggi juga, bisa pilih obligasi atau sukuk ritel ataupun SBN. Logam mulia juga bisa jadi pilihan sebagai lindung nilai mata uang kita," tandas Andy.


Hide Ads