Badai PHK Startup Belum Usai?
Direktur Eksekutif Institute for Development Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad pernah mengatakan bahwa saat ini fenomena ledakan gelembung atau bubble burst sedang melanda startup-startup di Indonesia. Bubble burst bisa diketahui dari kinerja perusahaan yang kurang baik.
"Pertama mereka ingin melakukan restrukturisasi karena ada skenario bisnis. Yang kedua, memang pencapaian kinerja lagi kurang bagus sehingga mereka melakukan efisiensi," katanya kepada detikcom.
Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan penyebab PHK besar-besaran di startup karena alami kesulitan pendanaan setelah rencana bisnis terpengaruh pandemi COVID-19 dan penurunan pengguna yang signifikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski selama pandemi COVID-19 terjadi lonjakan pengguna internet, tidak semua merata dirasakan oleh startup. Akhirnya banyak startup kesulitan mendapatkan pendanaan baru dan investor makin selektif dalam memilih startup.
Pengusaha terkemuka Hary Tanoesoedibjo juga pernah menyebut jika hari keemasan startup sudah mulai berakhir. "The golden days of startup are already over," kata Hary Tanoe di laman Instagramnya.
Hary Tanoe menjelaskan indikator bisnis yang sehat bisa dilihat dari arus kas atau kondisi keuangan yang positif.
Startup sendiri biasanya disokong dana oleh investor. Dana tersebut lalu banyak digunakan untuk 'bakar uang' demi menggaet konsumen baru dengan cepat. Sayangnya, tak semua langkah tersebut berhasil.
Nah, hal inilah yang membuat investor yang tadinya fokus pada daya tarik startup, tak mau lagi menambah investasinya. Kondisi ini mempengaruhi arus kas dan harus mengurangi pengeluaran antara lain adalah untuk biaya karyawan.
(aid/dna)