Warga AS Sulit Bayar Cicilan, Tanda Resesi Kian Dekat?

ADVERTISEMENT

Warga AS Sulit Bayar Cicilan, Tanda Resesi Kian Dekat?

Ilyas Fadhillah - detikFinance
Senin, 25 Jul 2022 09:40 WIB
People wearing face masks walk by an electronic stock board of a securities firm in Tokyo, Monday, Aug. 3, 2020. Asian shares were mixed on Monday, as investors watched surging numbers of new coronavirus cases in the region, including in Japan. (AP Photo/Koji Sasahara)
Foto: AP/Koji Sasahara
Jakarta -

Banyak perdebatan di di kalangan investor, bank sentral dan ekonom soal ancaman resesi Amerika Serikat (AS). Dalam kondisi ini, satu yang pasti adalah warga AS mulai kesulitan membayar cicilan kredit.

Dikutip dari CNN, Senin (25/7/2022), perusahaan kartu kredit dan operator nirkabel mulai menyoroti dampak resesi ini. Saham perusahaan raksasa kartu kredit Discover (DFS) dan Capital One (COF) mengalami penurunan saham akibat pemberitaan ini.

Jumlah tunggakan semakin naik, membuat kedua perusahaan meningkatkan cadangan mereka demi menghindari potensi kerugian. Langkah ini menunjukkan kekhawatiran perusahaan akan kondisi ekonomi beberapa bulan ke depan.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kondisi ini. Misalnya Inflasi masih merajalela dan kenaikan suku bunga dari bank sentral AS yang dimaksudkan untuk mengendalikan harga.

Namun dibutuhkan lebih banyak waktu demi mendapatkan hasil yang efektif. Apalagi, suku bunga yang tinggi dapat memperlambat laju ekonomi AS.

"Tantangan besar bagi konsumen adalah inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi. Inflasi dapat mengikis kelebihan tabungan konsumen yang terkumpul selama pandemi, terutama jika kenaikan harga lebih tinggi dari kenaikan upah," kata CEO Capital One Richard Fairbank menyikapi pendapatan perusahaan.

Tarif yang lebih tinggi juga kemungkinan akan meningkatkan ongkos bagi konsumen untuk membayar bunga tagihan bulanan mereka. Dalam laporan pendapatannya hari Kamis, AT&T menyebut pelanggan nirkabelnya banyak yang telat melakukan pembayaran.

"Kami melihat peningkatan kredit macet menjadi sedikit lebih tinggi dari tingkat pra-pandemi serta siklus pengumpulan kas yang diperpanjang," kata CEO AT&T John Stankey

Namun, Stankey mencatat eksekutif AT&T masih berharap pelanggan akan membayar tagihan mereka meskipun sedikit kurang tepat waktu.Kepala keuangan perusahaan Pascal Desroches meyakinkan para analis bahwa AT&T tidak khawatir dengan hal ini.

Saat perusahaan di atas mencatat peningkatan tekanan pada rata-rata konsumennya, American Express (AmEx) yang fokus pada konsumen kaya raya mencatatkan kinerja yang baik hingga sekarang.

AmEx melaporkan pendapatan yang melampaui perkiraan, membuat saham perusahaan naik 4% lebih. AmEx berada di posisi yang lebih baik karena pelanggannya cenderung kaya raya.



Simak Video " 'Exit Strategy' Dari Masa Resesi"
[Gambas:Video 20detik]
(zlf/zlf)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT