Demam Citayam Fashion Week sedang jadi buah bibir sampai menular ke daerah-daerah lain. Bahkan jadi rebutan orang berduit untuk didaftarkan sebagai hak merek ke Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI) Kemenkumham.
Pakar Marketing dan Managing Partner Inventure, Yuswohady menyebut fenomena remaja berkumpul di Sudirman dan Dukuh Atas sambil mengekspresikan diri lewat 'Citayam Fashion Week' tidak akan bertahan lama. Dia mengkategorikan ini sebagai budaya populer yang datang dan pergi.
"Saya pastikan 100% trennya akan sementara. Jadi sesuatu yang heboh luar biasa dan ini menurut saya nggak wajar ya. Sesuatu kalau sudah hype, semakin cepat hype maka pudarnya juga semakin cepat," kata Yuswohady kepada detikcom, Senin (25/7/2022).
Dia kemudian mencontohkan Pasar 'Gaul' Santa yang sempat populer di kalangan anak muda pada era 2014-2015 lalu. Kini, pasar tersebut mulai kehilangan pamornya.
Terlebih saat ini Citayam Fashion Week sedang jadi rebutan untuk didaftarkan sebagai merek oleh Artis Baim Wong melalui perusahaannya PT Tiger Wong Entertainment dan Indigo Aditya Nugroho. Yuswohady tidak yakin setelah itu fenomenanya akan ramai lagi.
"Citayam Fashion Week yang berlangsung sekarang sampai heboh terjadi secara natural, autentik. Terus kalau dikomersialkan, dibikin event-nya, apakah bisa seperti sekarang saya nggak yakin karena sudah nggak orisinil lagi," tuturnya.
"Sekarang semua content creator bahas mengenai ini semua sehingga sudah nggak ada cerita lagi. Begitu orang bikin konten di TikTok segala macam, kalau ceritanya itu-itu lagi nggak akan heboh lagi, kecuali ada sesuatu yang baru terus," tambahnya.
Dikarenakan Citayam Fashion Week mengacu kepada suatu tempat area publik yakni Dukuh Atas, Yuswohady berpandangan bahwa seharusnya ini menjadi public goods (milik umum).
"Harusnya pemegang IP itu public goods dan mestinya pemerintah, bukan oleh suatu institusi swasta tertentu," tandasnya.
(aid/dna)