Tercekik Harga BBM, 2.000 Kapal Nelayan Ngendon di Pelabuhan

Tercekik Harga BBM, 2.000 Kapal Nelayan Ngendon di Pelabuhan

Aulia Damayanti - detikFinance
Kamis, 28 Jul 2022 13:30 WIB
Kapal nelayan di sepanjang Sungai Silugonggo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Senin (11/7/2022).
Ilustrasi Kapal Nelayan. Foto: Dian Utoro Aji/detikcom
Jakarta -

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkap saat ini banyak kapal tidak melaut atau terparkir di pelabuhan saja. Jumlahnya hingga 2.000 kapal karena imbas kenaikan bahan bakar minyak (BBM) kapal non subsidi.

Direktur Jenderal Perikanan Tangkap KKP Muhammad Zaini mengatakan terparkirnya kapal-kapal nelayan karena adanya kenaikan harga BBM yang sebelumnya Rp 8.000 menjadi Rp 18.000 hingga Rp 23.000 per liter.

"Kapal-kapal yang sudah punya izin sebagian besar di pelabuhan sekarang. Dia tidak melakukan penangkapan tidak berangkat karena mahalnya BBM," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (28/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun jumlah kapal di seluruh wilayah yang kini terparkir sebanyak 2.000 kapal. Padahal biasanya dalam satu bulan kapal yang berlayar untuk menangkap ikan sebanyak 4.000 kapal.

"Yang berlayar dengan SPB (Surat Persetujuan Berlayar) drop 50%, tadinya satu bulan 4.000 (yang berlayar) sekarang 2.000 atau 50%-nya tidak melaut," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

"Teman-teman bisa lihat, di Muara Baru betapa menumpuknya kapal-kapal biasanya di sana 300 kapal per hari. Yang ada di sana sekarang sudah mencapai 800-an kapal," tambahnya.

Menurutnya, kenaikan harga BBM untuk kapal nelayan akan mengakibatkan kerugian besar bagi pelaku usaha. Sebab, pengeluaran untuk BBM saja dalam setahun bisa naik lebih dari dua kali lipat dari biasanya.

"Kalau dipaksakan (berlayar), saya sudah bicara oleh beberapa pengusaha, ini akan terjadi kerugian dihitung harga besaran kapal 60 GT kalau dia berlayar 1 tahun tadinya biayanya kira-kira sekitar 4 kali melaut harus mengeluarkan kira-kira Rp 2 miliar. Sekarang itu bisa mencapai Rp 5 miliar," terangnya.

"Kalau satu tahun kapal di bawah 100 GT dia harus mengeluarkan Rp 5 miliar maka dia tidak akan mendapatkan keuntungan, potensi rugi sangat besar," lanjutnya.

Zaini menambahkan, imbas dari banyaknya kapal yang terparkir tentu nelayan yang berlayar untuk mencari ikan juga berkurang. Dengan begitu, imbasnya jumlah ikan di dalam negeri bisa berkurang dan memicu kenaikan harga.

"Jadi siap-siap saja untuk tidak mendapatkan ikan. Mudah-mudahan budidaya bisa menopang, harganya nanti juga ada kenaikan walaupun sedikit peningkatannya," tutupnya.




(das/das)

Hide Ads