Inflasi di Indonesia per Juli 2022 tembus 4,94% secara tahunan (yoy). Penyumbang terbesar adalah kenaikan harga pada cabai merah, cabai rawit, bawang merah, tarif angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan inflasi ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015. Sebelumnya pada Juni, inflasi tahunan juga tertinggi sejak 2017. Secara tahunan komponen bergejolak memberikan andil inflasi tertinggi yaitu 1,92% akibat kenaikan harga pada beberapa komoditas di antaranya cabai merah dan bawang merah (volatile food).
"Ini adalah yang tertinggi sejak Januari 2014 di mana saat itu terjadi inflasi volatile food sebesar 11,91%," kata Margo dalam konferensi pers di Gedung BPS, Senin (1/7).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Margo menilai perkembangan inflasi komponen bergejolak sangat berpengaruh terhadap angka kemiskinan di Indonesia. Pasalnya, hingga saat ini sekitar 70% konsumsi rumah tangga miskin adalah untuk makanan.
"Porsi makanan di garis kemiskinan sekitar 74 %. Jadi kalau harga pangan tinggi, maka akan berpengaruh ke garis kemiskinan. Kalau pendapatan tidak naik, bisa menyebabkan kemiskinan semakin bertambah. Jadi pengaruhnya cukup tinggi terhadap kemiskinan," pungkas Margo.
Jika dilihat menurut kelompok pengeluaran, berikut komponen yang memberikan andil inflasi Juli 2022 terbesar:
1. Makanan, minuman, tembakau memberikan andil inflasi 0,31%
2. Transportasi memberikan andil inflasi 0,14%
3. Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga memberikan andil inflasi 0,09%
4. Penyedia makanan dan minuman/restoran memberikan andil inflasi 0,03%
5. Pendidikan memberikan andil inflasi 0,02%
6. Perawatan pribadi dan jasa lainnya memberikan andil inflasi 0,02%
7. Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga memberikan andil inflasi 0,01%
8. Pakaian dan alas kaki memberikan andil inflasi 0,01%
9. Rekreasi, olahraga dan budaya memberikan andil inflasi 0,01%