Margo juga menjelaskan kondisi pertumbuhan ekonomi ini memang akan mempengaruhi daya beli. Menurut dia untuk daya beli ini dilihat dari angka inflasi inti yang saat ini berada di level 2,86%.
Inflasi di Indonesia tinggi karena volatile food yang disebabkan oleh naiknya harga cabai rawit dan bawang, tapi itu temporer karena cuaca ekstrem dan pasokan yang terbatas, sehingga produksinya berkurang.
Menurut dia, inflasi inti masih moderat dan menunjukkan daya beli masyarakat yang semakin bagus. "Jadi inflasi inti tumbuh itu indikasi daya beli bagus, hanya saja jangan tumbuh terlalu tinggi. Kalau tumbuh terlalu tinggi, daya beli juga bisa merosot. Tapi kita di 2,86% itu masih moderat, ini yang menunjukkan daya beli kita bagus," imbuh dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya BPS telah merilis data inflasi per Juli 2022 yang tercatat 4,94% secara tahunan dan 0,64% secara bulanan. Bank Indonesia (BI) menyebutkan jika kenaikan inflasi ini sumbernya adalah kelompok administered prices.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan pihaknya terus mewaspadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan, serta memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlukan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan angka inflasi Indonesia mash di bawah inflasi Thailand 7,7%, India 7% dan Filipina 6%. "Inflasi Indonesia 4,49% masih moderat," ujarnya.
(kil/ara)