Mal Blok M di Jakarta Selatan pernah mengalami masa jaya. Ketika masa jayanya, ruko di kawasan mal ini penuh diisi pedagang dan banyak orang-orang berbelanja.
Namun, kondisinya kini berubah. Banyak ruko tutup dan sangat jarang pengunjung yang melintas ataupun berbelanja.
Agung, salah satu penjaga ruko mengatakan, ada beberapa sebab sehingga Mal Blok M mulai ditinggalkan. Sebutnya, karena keberadaan toko online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
'Kita kan ibaratnya kalau di toko bayar tempat, harga pasti selisih. Orang melihat ke kita pasti melihat ke online," ujarnya kepada detikcom di Mal Blok M, Jakarta, Kamis (11/9/2022).
Penataan transportasi termasuk hilangnya Metromini dan Kopaja juga turut berkontribusi sepinya pembeli.
"Kalau dulu memang ngumpulnya di sini, transitnya di sini, Kopaja Metro dari Pondok Labu, Lebak Bulus, dari mana kan banyak," ujarnya.
Pandemi COVID-19 juga berkontribusi pada sepinya Mal Blok M. Ketika pandemi, banyak pedagang akhirnya menutup ruko.
"Ini karena pandemi orangnya pada pindah semua. Pandemi nggak buka toko ibaratnya masih bayar. Ibaratnya yang punya toko itu nggak ada persenan, kita pemasukan aja nggak ada, mau bayar pakai apa, mending kita keluar," terangnya.
Penjaga ruko lain, Momo mengatakan, selain toko online yang menyebabkan Mal Blok M adalah maraknya penjualan barang bekas. Hal itu membuat pedagang tak bisa bersaing.
"Sekarang apa-apa online, lebih milih online. Udah gitu banyak sekarang pun saingannya ama barang bekas, baju-baju bekas, second," katanya.
(acd/zlf)