Mirisnya Nasib Petani Kala RI Berhasil Swasembada Beras

Mirisnya Nasib Petani Kala RI Berhasil Swasembada Beras

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Senin, 15 Agu 2022 19:00 WIB
Sejumlah petani memanen padi di Cikarang, Jawa Barat. Meski panen kali ini terbilang cukup, tapi para petani ini tetap menjerit. Kenapa?
Ilustrasi/Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom

Nilai Tukar Petani Anjlok

Senada dengan apa yang dikatakan Zulhas, BPS melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Juli 2022 sebesar 104,25. Nilai itu turun 1,61% dibanding bulan sebelumnya.

Nilai tukar petani adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani.

Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 1,04%, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,58%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Indeks harga yang diterima petani turun 1,04% di antaranya karena menurunnya harga kelapa sawit, jagung, karet dan kelapa. Sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,58% disebabkan karena kenaikan beberapa komoditas di antaranya bawang merah, cabai merah, cabai rawit dan rokok kretek filter," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers yang dilihat virtual, Senin (1/8/2022) yang lalu.

Jika dilihat menurut subsektor, NTP yang mengalami penurunan paling dalam berasal dari tanaman perkebunan rakyat (NTPR) di mana pada Juli 2022 turun 6,63%. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 6,06%, sementara indeks harga yang harus dibayar petani naik 0,61%.

ADVERTISEMENT

Di sisi lain, subsektor holtikultura masih mengalami peningkatan pada Juli 2022 yakni sebesar 4,91%. Kenaikan terjadi karena indeks harga yang diterima petani meningkat sebesar 5,48%, lebih besar dari kenaikan harga yang harus dibayar petani sebesar 0,55%.

Secara keseluruhan Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) pada Juli 2022 sebesar 105,47 atau turun 1,34% dibanding bulan sebelumnya. "Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 1,04%, sementara indeks biaya produksi dan tambahan barang modal naik 0,30%," tandasnya.

Solusi Zulhas Perbaiki Nasib Petani

Zulhas menyatakan PAN menawarkan beberapa solusi untuk memperbaiki nasib petani. Mulai dari menaikkan harga HPP untuk gabah kering hingga mempercepat diversifikasi usaha tani.

"PAN menawarkan solusi untuk memperbaiki nasib petani dengan cara antara lain menaikkan HPP untuk gabah kering petani dari Rp 4.400 per kilogram menjadi Rp 8.800 per kilogram," jelas Zulhas.

Kemudian, pihaknya juga ingin melakukan percepatan diversifikasi usaha tani dengan memanfaatkan lahan kebun yang mangkrak atau kurang produktif dengan komoditas yang memiliki pembeli pasti alias offtaker dan punya potensi ekspor.

Misalnya saja dengan menanam komoditas tanaman herbal sebagai bahan baku obat. Hal ini menurutnya sudah mulai disiapkan oleh BUMN Farmasi.

Selain itu, petani juga ingin diajak menanam buah-buahan tropis untuk ekspor. Salah satu yang dia sarankan adalah durian. Ada pasar besar di Thailand yang menanti durian Indonesia katanya.

"Saya dapat informasi di Thailand impor durian saja per tahun US$ 3 miliar artinya Rp 4,5 triliun hanya untuk komoditas durian. Kita bisa lebih jauh dari," pungkas Zulhas.


(hal/ara)

Hide Ads