Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menepis anggapan Indonesia sering dikontrol oleh China. Bahkan, dia mengatakan pemerintah, termasuk dirinya seringkali di-bully jadi antek China.
Menurutnya tak mungkin Indonesia dikontrol oleh bangsa lain, apalagi China. Dia bilang bila Indonesia dikontrol, tak mungkin neraca perdagangannya bisa surplus melebihi China.
"Orang bilang kita dikontrol China, para mahasiswa yang saya banggakan, kalau kita dikontrol orang perdagangan kita juga dikontrol," kata Luhut saat memberikan Kuliah Umum di Universitas Hasanuddin yang disiarkan secara virtual, Jumat (19/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga sering di-bully dulu dibilang China-China, its okay," cetusnya.
Saat ini menurutnya Indonesia berhasil mengalahkan China dalam neraca dagangnya. Neraca dagang Indonesia dari awalnya defisit US$ 27 miliar bakal surplus US$ 500 juta-1 miliar tahun ini.
"Trade defisit kita dengan China dulu US$ 27 miliar, kemudian tahun 2020 atau 2021 kira-kira sudah US$ 2,5 miliar. Nah tahun ini saya yakin perdagangan kita akan surplus US$ 500 juta atau ke US$ 1 miliar," ungkap Luhut.
Apa rahasianya? Menurut Luhut sistem produksi di Indonesia saat ini bisa lebih efektif dari China. Membuat harga operasional dan produksi jadi lebih murah.
Baca juga: Kapan Terakhir Jokowi Naikkan Harga BBM? |
Misalnya listrik saja, Luhut menjabarkan biaya listrik di Indonesia cuma sekitar US$ 5 sen per kwh. Sementara itu, di negeri bambu listrik industri bisa mencapai US$ 10-12 sen per kwh.
"Kenapa begitu? Karena kita efisien, listrik kita hanya US$ 5 sen per kwh, di dia US$ 10-12 sen. Belum lagi transport cost bisa US$ 15-20 di sana, di sini antar pulau paling US$ 1-2," tutur Luhut.
Indonesia masih bisa lebih maju menurutnya, kuncinya adalah membuat perizinan usaha makin mudah hingga memperbaiki sumber daya manusia.
"Jadi kalau kita bikin izin smua mudah, nilai tambahnya juga ada, pendidikan jalan, ada anak-anak kita. Kita akan leapfrog dan itu terjadi," sebut Luhut.
(hal/ara)