Sejarah Blue Bird, dari Taksi Gelap hingga Raja Jalanan

Sejarah Blue Bird, dari Taksi Gelap hingga Raja Jalanan

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Minggu, 21 Agu 2022 08:27 WIB
PT Blue Bird Tbk meluncurkan layanan taksi dengan armada mobil listrik. Blue Bird menjadi perusahaan transportasi pertama yang menyediakan taksi listrik. Armada terbarunya untuk layanan Bluebird menggunakan merek BYD e6 A/T sedangkan Silverbird, Tesla Model X 75D A/T. BYD e6 digunakan untuk taksi reguler, sementara Tesla Model X menjadi taksi premium Silverbird.
Foto: Rifkianto Nugroho
Jakarta -

Blue Bird tengah menjadi salah satu topik pembahasan yang hangat belakangan ini. Hal itu tak lain karena perusahaan digugat oleh seorang bernama Elliana Wibowo yang disebut-sebut sebagai ahli waris pendiri Blue Bird sekaligus pemegang saham. Nilai gugatannya pun tak main-main, mencapai Rp 11 triliun.

Seiring dengan munculnya persoalan tersebut, kisah perjalanan taksi berlogo burung biru ini pun menarik untuk diulas. Sebagai perusahaan transportasi besar di mana armadanya mudah ditemui di jalan-jalan kota, Blue Bird bisa dibilang tak lagi berusia belia.

Berdasarkan informasi yang dirangkum dari laman resmi perusahaan dan penjelasan manajemen, Minggu (21/8/2022), Blue Bird didirikan oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Cikal bakal lahirnya Blue Bird dari sebuah rumah bernomor 107, Jalan Cokroaminoto, Jakarta tahun 1965 di mana pertama kali bisnis taksi dijalankan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara, bisnis Blue Bird disebut-sebut pertama kali berjalan pada tahun 1972.

Bayu Priawan Djokosoetono yang kini menjabat Komisaris Utama Blue Bird Holding Group pernah bercerita, sebelum Blue Bird berdiri sudah ada jasa transportasi yang dijalankan. Bayu sendiri merupakan cucu dari sang pendiri Mutiara Djokosoetono.

ADVERTISEMENT

Dia mengatakan, asal muasal bisnis Blue Bird sendiri dari menjalankan bemo sampai mobil rental seperti taksi gelap. Setelah itu, baru muncullah Blue Bird.

"Blue Bird sebenarnya dimulai secara resmi tahun 1972, didirikan oleh nenek kami beserta ayah saya beserta adiknya. Tetapi sebelum Blue Bird berdiri sebenarnya sudah ada industri jasa transportasi yang dijalankan. Asal muasalnya adalah menjalankan bemo, setelah itu perusahaan rental seperti taksi gelap lah. Setelah itu baru ada Blue Bird," katanya dalam wawancara detikcom, 18 Juli 2014 silam.

Bisnis taksi bukanlah hal yang baru di Jakarta kala itu. Dia menjelaskan, pertimbangan bisnis ini dipilih karena taksi waktu itu belum menerapkan tarif yang jelas.

"Dasar pertimbangannya pada saat itu memang ada taksi di Jakarta. Namun taksi pada saat itu tarifnya masih tembak-tembakan nggak jelas, sehingga kami membuat jasa transportasi yang memiliki standar pelayanan dan pembayaran yang jelas. Muncullah Blue Bird tahun 1972," terangnya.

Di awal kehadirannya, Blue Bird mengoperasikan 25 armada Holden Torana di Jakarta. Layanannya membantu mobilitas masyarakat ibu kota.

Blue Bird disebut sebagai taksi pertama menggunakan sistem tarif berdasarkan agrometer. Tak cuma itu, armada Blue Bird juga dilengkapi dengan sistem radio untuk memudahkan penyebaran order yang didukung sistem operator terpusat.

Bayu mengatakan, untuk mendapatkan izin kala itu tidak mudah. Sang pendiri turun langsung untuk mengurus izin.

"Kami adalah perusahaan taksi pertama yang menggunakan argometer. Dalam perjalanannya memang tidak mudah untuk bisa mendapatkan izin taksi sehingga founder kami meminta pemerintah sampai pada akhirnya kami mendapatkan izin taksi. Tahun 1972 kami menjalankan 25 unit," jelasnya.

Pertumbuhan armada saat itu diakuinya tidak terlalu pesat. Sebab, Blue Bird saat itu fokus pada pelayanan.

Seiring berjalannnya waktu, Blue Bird pun berkembang. Sejumlah lompatan besar dilakukan di antaranya pada tahun 1979. Saat itu Blue Bird memiliki armada bus Big Bird yang bertugas antar jemput sekolah di Jakarta Intercultural School.

Di tahun 1981, taksi Blue Bird menggunakan Holden Torana generasi 80-an yang menggunakan AC. Keberadaan fasilitas ini menambah kenyamanan penumpang.

Lalu, taksi eksekutif Silver Bird diresmikan tahun 1993 di Balai Kota Jakarta. Peresmian ini disaksikan sang pendiri Mutiara Djokosoetono.

Singkat cerita, bisnis Blue Bird pun semakin lama semakin besar. Blue Bird Group Holding tak hanya fokus di bisnis transportasi tapi juga merambah ke kontainer dan alat berat, serta logistik.

Ada pun jenis layanan Blue Bird Group meliputi, taksi reguler (Blue Bird & Pusaka), taksi eksekutif (Silver Bird), limousine & rental mobil (Golden Bird), bus charter (Big Bird), logistik (Iron Bird Logistic), industri (Restu Ibu Pusaka-Bus Body Manufacturing & Pusaka Niaga Indonesia), dan properti (Holiday Resort Lombok & Pusaka Bumi Mutiara).

Kemudian, ada juga IT & supporting services (Hermis Consulting-IT SAP, Pusaka Integrasi Mandiri-EDC, Pusaka GPS, Pusaka Buana Utama-Petrol Station, Pusaka Bersatu-Lubricant, Pusaka Sukucadang Indonesia-Spare Part) dan heavy equipment (Pusaka Andalan Perkasa & Pusaka Bumi Transportasi).



Simak Video "Sopir Taksi Viral yang Kerok Temannya Bertemu Dirut PT Blue Bird"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads