Bayu mengatakan, untuk mendapatkan izin kala itu tidak mudah. Sang pendiri turun langsung untuk mengurus izin.
"Kami adalah perusahaan taksi pertama yang menggunakan argometer. Dalam perjalanannya memang tidak mudah untuk bisa mendapatkan izin taksi sehingga founder kami meminta pemerintah sampai pada akhirnya kami mendapatkan izin taksi. Tahun 1972 kami menjalankan 25 unit," jelasnya.
Pertumbuhan armada saat itu diakuinya tidak terlalu pesat. Sebab, Blue Bird saat itu fokus pada pelayanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seiring berjalannnya waktu, Blue Bird pun berkembang. Sejumlah lompatan besar dilakukan di antaranya pada tahun 1979. Saat itu Blue Bird memiliki armada bus Big Bird yang bertugas antar jemput sekolah di Jakarta Intercultural School.
Di tahun 1981, taksi Blue Bird menggunakan Holden Torana generasi 80-an yang menggunakan AC. Keberadaan fasilitas ini menambah kenyamanan penumpang.
Lalu, taksi eksekutif Silver Bird diresmikan tahun 1993 di Balai Kota Jakarta. Peresmian ini disaksikan sang pendiri Mutiara Djokosoetono.
Singkat cerita, bisnis Blue Bird pun semakin lama semakin besar. Blue Bird Group Holding tak hanya fokus di bisnis transportasi tapi juga merambah ke kontainer dan alat berat, serta logistik.
Ada pun jenis layanan Blue Bird Group meliputi, taksi reguler (Blue Bird & Pusaka), taksi eksekutif (Silver Bird), limousine & rental mobil (Golden Bird), bus charter (Big Bird), logistik (Iron Bird Logistic), industri (Restu Ibu Pusaka-Bus Body Manufacturing & Pusaka Niaga Indonesia), dan properti (Holiday Resort Lombok & Pusaka Bumi Mutiara).
Kemudian, ada juga IT & supporting services (Hermis Consulting-IT SAP, Pusaka Integrasi Mandiri-EDC, Pusaka GPS, Pusaka Buana Utama-Petrol Station, Pusaka Bersatu-Lubricant, Pusaka Sukucadang Indonesia-Spare Part) dan heavy equipment (Pusaka Andalan Perkasa & Pusaka Bumi Transportasi).
Simak Video "Sopir Taksi Viral yang Kerok Temannya Bertemu Dirut PT Blue Bird"
[Gambas:Video 20detik]
(acd/zlf)