Bos RNI Ungkap Biang Kerok Harga Telur Ayam 'Ugal-ugalan'

Bos RNI Ungkap Biang Kerok Harga Telur Ayam 'Ugal-ugalan'

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Senin, 22 Agu 2022 17:19 WIB
Harga telur di pasaran kian meroket. Kini harga telur ayam tembus Rp 31.000/kilogram.
Foto: Rengga Sencaya
Jakarta -

Harga telur ayam tengah meroket. Harga telur sendiri disebut-sebut mencapai Rp 33 ribu per kg.

Direktu Utama PT RNI (Persero) Frans Marganda Tambunan mengatakan, persoalan harga telur ini dilematis. Dia mengatakan, kenaikan harga ini disinyalir karena permintaan yang tinggi dipicu oleh bantuan sosial (bansos).

Di sisi lain, harga telur yang tinggi dijadikan peternak untuk menutup kerugian di musim-musim sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk telur sendiri, ini memang dilema, karena kadang-kadang seperti saat ini isunya adanya bansos meningkat, sehingga permintaan telur naik, permintaan naik, harga naik sampai sekarang Rp 33 ribu, yang seringkali mereka lakukan cover HPP di saat rugi di musim-musim sebelumnya," katanya dalam acara Ngopi BUMN di Kementerian BUMN Jakarta, Senin (22/8/2022).

"Jadi saya kira ini nggak bisa dipecahkan RNI sendiri, dengan juga Kementan, Badan Pangan nanti kita membuat satu ekosistem untuk bisa ada kestabilan produktivitas dan harga sepanjang tahun," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Dia menjelaskan, untuk beberapa komoditas seperti ayam dan telur belum ada kestabilan produksi dan harga. Hal itu menjadi pekerjaan rumah.

"Ayam dan telur itu sudah surplus tapi selalu ada 3-4 kali setahun, itu ada gejolak naik turun harganya. Kalau sekarang Rp 33 ribu mungkin peternak happy, tapi kalau kita lihat 5-6 bulan lalu mereka menangis, di saat harga jagung tinggi, harga gandum, harga pakan tinggi harga telur drop Rp 18 ribu," jelasnya.

Maka itu, pihaknya tengah berdiskusi dengan Badan Pangan Nasional agar ke depan membentuk cadangan pangan. Sehingga siklus kenaikan harga yang tidak menentu itu bisa diperkecil.

"Jadi ini PR yang sekarang lagi kita diskusikan dengan Badan Pangan, bagaimana kita nanti ke depan bisa membentuk yang namanya cadangan pangan. Kemudian bisa sinergi dengan peternak agar siklus-siklus tahunan 3-4 kali naik turun seperti roller coaster bisa kita perkecil dan ini memang sumbernya adalah karena tidak adanya integrasi menyeluruh dari hulu ke hilir," jelasnya.

"Kita nanti akan masuk ke sana ada beberapa skema yang kita bangun, seperti saya sampaikan tadi ada sistem resi gudang kita kembangkan agar misal harga ayam jatuh kita bisa offtake," imbuhnya.

(acd/dna)

Hide Ads