Selain Avtur, 2 Faktor Ini Juga Jadi Pemicu Harga Tiket Pesawat Tinggi

Selain Avtur, 2 Faktor Ini Juga Jadi Pemicu Harga Tiket Pesawat Tinggi

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 24 Agu 2022 20:39 WIB
beli tiket pesawat
Ilsutrasi/Foto: shutterstock
Jakarta -

Masyarakat mengeluhkan harga tiket pesawat yang tinggi. Menanggapi hal itu, Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan harga avtur memang menjadi kontributor utama penyebab harga tiket yang melambung tinggi.

Selain itu, ada dua faktor lagi yang perlu diperhatikan. Pertama, biaya leasing juga berdampak pada tarif pesawat.

"(Leasing) 20% lah naiknya. Itu akan memberikan dampak pada tarif. Ditambah jumlah pesawatnya kurang, nah ini yang utama. Masyarakat terbebani," ujar Denon saat ditemui media di Park Hyatt Hotel, Rabu (24/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah kenaikan harga ini mekanisme pasar. Justru dengan menaikkan harga ini membuat para maskapai bisa tetap survive di rute itu, dan itupun belum ada keuntungannya," tambahnya.

Kedua, terkait prosedur impor sparepart alias onderdil pesawat.

ADVERTISEMENT

"Seperti prosedur impor sparepart mekanismenya belum efisien. Dari sisi perpajakan memang sudah nol persen. Tapi prosedur impornya untuk pemberlakuan sparepart ini masih masuk larangan pembatasan," sambung Denon.

Oleh karena itu, Denon berharap pemerintah dapat memberikan solusi atas perkara ini.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal INACA Bayu Sutanto menambahkan dengan kondisi bengkel pesawat di Indonesia yang juga terbatas turut menjadi pemicu.

"Kalau untuk menghidupkan kembali (industri penerbangan), ini kan pertama soal impor sparepart, kemudian barengan pada mau ini itu kapasitas bengkel juga terbatas. Ini cerita di Indonesia dulu, AirAsia mau ngehidupin dua pesawat aja ngantrinya 6 bulan," kata Bayu.

Dengan demikian, menurutnya untuk menaikkan kapasitas pesawat di dalam negeri Indonesia perlu melalui proses yang panjang, termasuk dari segi SDM-nya sendiri yakni para engineer maupun perkara sparepart impor sendiri yang tidak lah mudah.

"Seperti yang dibilang, untuk pengecekannya saja bisa mengantri berbulan-bulan. Jadi pemulihan angkutan ini harus berjalan dengan pemulihan ekonomi di sektor lain. Sehingga, akan terjadi keseimbangan lagi (supply dan demand)," tambahnya.

(hns/hns)

Hide Ads