Erick Mau Tambah Pesawat buat Garuda, Seberapa Efektif Tekan Harga Tiket?

Erick Mau Tambah Pesawat buat Garuda, Seberapa Efektif Tekan Harga Tiket?

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 25 Agu 2022 13:50 WIB
Garuda Indonesia
Foto: (dok Garuda Indonesia)
Jakarta -

Pengajar mata kuliah Hukum Persaingan Usaha, Hukum Kepailitan dan Analisa Ekonomi atas Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) Ditha Wiradiputra menilai, tingginya harga tiket pesawat saat ini selain karena harga avtur yang tinggi, aturan Kementrian Perhubungan (Kemenhub) yang merevisi tarif batas juga membuat harga tiket pesawat semakin tak terjangkau.

Menurut Ditha jika Kementrian Perhubungan bisa mengatur fuel surcharge dan struktur tarif batas atas, harga tiket pesawat di Indonesia bisa kembali terjangkau.

Selain itu tingginya harga tiket pesawat saat ini juga disebabkan adanya konsentrasi yang sangat tinggi di industri penerbangan Nasional. Ditha menjelaskan saat ini mayoritas industri penerbangan Indonesia dikuasai Lion Air Group.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan dominasi Garuda di industri penerbangan Nasional berkurang pasca pandemi COVID 19 dan adanya masalah finansial di internal perseroan. Padahal sebelum pandemi COVID 19 dominasi Lion Air Group masih dapat diimbangi oleh Garuda Indonesia.

Dengan banyak berkurangnya jumlah armada, membuat kapasitas angkut dan rute Garuda menjadi terbatas. Karena rute dan kapasitas Garuda yang terbatas, terjadi mekanisme pasar. Sehingga masyarakat tak memiliki banyak pilihan perusahaan penerbangan. Padahal menurut Ditha sebelumnya masyarakat memiliki banyak pilihan perusahaan penerbangan.

ADVERTISEMENT

"Tentu kondisi seperti ini akan berdampak sangat signifikan terhadap persaingan usaha industri penerbangan Nasional dan membuat dominasi Lion Air Group semakin kuat dan membuat masyarakat sulit mendapatkan harga yang murah. Kondisi tidak adanya persaingan ini yang dimanfaatkan pelaku usaha untuk memaksimalkan keuntungan. Padahal sebelumnya konsumen memiliki banyak pilihan maskapai sesuai dengan harga dan layanan yang diberikan," ungkap Ditha.

Bersambung ke halaman selanjutnya.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dinilai Ditha akan kesulitan untuk mengurangi dominasi Lion Air Group di bisnis aviasi Indonesia. Selama pelaku usaha aviasi tidak ada kerjasama mengatur harga, maka KPPU sulit untuk masuk melakukan tindakkan. Sebab dominasi Lion Air Group dikarenakan keterbatasan armada. Sehingga satu-satunya cara untuk mengurangi dominasi Lion Air Group adalah menambah armada melalui BUMN aviasi.

"Saat ini tak ada kartel di industri penerbangan Nasional. Pelaku usaha hanya memanfaatkan kondisi tak berdayanya Garuda dengan memaksimalkan pendapatan mereka. Yang bisa mengurai permasalahan tingginya harga tiket adalah Menteri BUMN Erick Thohir dengan menambah armada Sehingga langkah Menteri Erick menambah jumlah armada Garuda dinilai merupakan langkah strategis untuk memperbaiki iklim persaingan usaha yang sehat dan menekan harga tiket pesawat di Indonesia. Tanpa adanya tambahan armada di BUMN aviasi, harga tiket pesawat di Indonesia belum akan turun signifikan," terang Ditha.

Memang Presiden Joko Widodo sudah meminta agar harga tiket pesawat turun. Namun perintah tersebut tak akan berdampak ke maskapai swasta. Pemerintah tak bisa menekan airline swasta. Permintaan tersebut hanya akan dapat diimplementasikan ke perusahaan BUMN aviasi.

Sehingga penambahan pesawat di BUMN aviasi mutlak dilakukan untuk menambah kapasitas dan mengurangi dominasi Lion Air Gorup. Jika jumlah armada dan rute Garuda bertambah, akan terjadi persaingan usaha yang sehat. Jika terjadi persaingan sehat maka harga tiket pesawat bisa kembali ke harga normal.

"Yang terjadi saat ini dimana rute Garuda terbatas, harga tiket melambung sangat tinggi. Jika kapasitas angkut bertambah dan Garuda dapat menekan harga, Lion Group akan mengikuti. Selama Garuda kapasitasnya terbatas, yang diuntungkan tetap Lion Air. Saat ini terjadi kegagalan pasar di industri penerbangan Nasional. Pasar industri penerbangan saat ini dikuasai pelaku usaha. Bukan karena persaingan. Sehingga perlu intervensi Negara,"ungkap Ditha.


Hide Ads