Bagan menjadi salah satu tumpuan mata pencaharian para nelayan di Kepulauan Anambas. Alat tangkap ikan tradisional ini selain aman juga dianggap menguntungkan.
Bagan merupakan alat tangkap ikan berbentuk persegi yang dilengkapi dengan jaring khusus, ditambah alat penerang seperti lampu untuk menarik perhatian ikan berkumpul. Di bagian atas bagan biasanya dibangun semacam rumah kecil sebagai tempat berteduh nelayan sambil menunggu hasil tangkapan ikan berkumpul di tengah jaring bagan tersebut.
Zulkatri (42) mantan petani cabai di Pulau Telaga Kecil yang beralih menjadi nelayan bagan merasakan bagaimana manfaat dari alat tangkap ikan ini. Ia mengaku dalam semalam bisa mendapat ratusan kilogram ikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perkiraan dalam semalam kita bisa tangkap rata-rata 100 kg ikan kaya cumi, tongkol, layang. Tapi mayoritas paling banyak cumi di sini," ujarnya kepada Tim Tapal Batas detikcom beberapa waktu lalu.
Ia biasa memulai aktivitas melautnya saat matahari mulai terbenam. Dia bersama kru terdiri 4-5 orang akan menempuh perjalanan laut selama kurang lebih 2-3 jam menuju sasaran tempat ikan berkumpul.
Jarak dari rumah menuju lokasi tersebut sekitar 2-3 mil tergantung kondisi cuaca. Biasanya ia habiskan hampir 11 jam penuh untuk mencari ikan dari jam 7 hingga saat fajar tiba sekitar jam 5 pagi.
"Kalau musim sedang bagus kita bisa dapat sampai 400 kg, pernah juga paling banyak saya dapat 1 ton cumi dalam satu malam, jadi tangkap pakai bagan ini tergantung cuaca," ungkapnya.
Diketahui, hasil tangkapan ikan tersebut biasa ia kirim ke penampung di Kota Tarempa. Harga jual untuk 1 kg cumi bisa sampai Rp 21.000. Jika asumsi pada satu malam itu ia hanya mendapat 100 kg maka ia mendapat Rp 2,1 juta per hari.
"Itu belum bersih, dikurang modal juga per hari biasa untuk minyak solar kita habis 20 liter, sama belanja kopi buat ABK itu total sampai Rp 350 ribu. Jadi per bulan perkiraan saya bisa dapat Rp 15-20 juta," tuturnya.
![]() |
Sebagai informasi, Zulkatri dulunya merupakan seorang petani cabai yang penghasilannya tak menentu. Ia mendapat akses permodalan atau kredit seperti Kupedes dari BRI sehingga mampu meningkatkan ekonomi kerakyatannya.
Adapun hasil modal dari BRI tersebut ia gunakan untuk membuat pompong atau perahu nelayan, bagan kemudian warung kecil di rumahnya. Kini, setelah fokus beralih menjadi nelayan dari hasil modal tersebut ia mengaku lebih sejahtera.
"Alhamdulillah bagan ini angkat derajat masyarakat dan ekonomi di sini, yang tak ada kerja juga bisa ikut kerja, karena untuk satu bagan itu bawa 4-5 orang jadi untuk makan tak susah lah," jelasnya.
detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!
(akd/hns)