Tarif Bus Makin Mahal Gegara BBM, Jakarta-Solo Naik Rp 60.000!

Tarif Bus Makin Mahal Gegara BBM, Jakarta-Solo Naik Rp 60.000!

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 06 Sep 2022 12:26 WIB
Pemudik bersiap menaiki bus di Terminal Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (23/4/2022). H-10 Lebaran pemudik mulai ramai di Terminal Bekasi. Saat ini didominasi oleh pemudik tujuan pulau Sumatera. Warga melakukan mudik lebih awal ke sejumlah kota tujuan di Jawa dan Sumatera untuk menghindari kemacetan dan penumpukkan penumpang saat puncak arus mudik yang diprediksi akan terjadi tanggal 28 April hingga 1 Mei mendatang.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Pengusaha otobus tak mau ketinggalan untuk menaikkan harga layanannya setelah harga BBM naik. Kini, tiket bus antarkota antarprovinsi (AKAP) naik 25-35% pasca kenaikan harga BBM.

Menurut Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menyatakan pengusaha bus anggota IPOMI telah banyak melakukan penyesuaian tarif mulai dari 25% untuk trayek jarak pendek dan menengah sampai 35% untuk jarak jauh.

"Dampak kenaikan BBM ini tentu harus kami sikapi dengan penyesuaian tarif tiket karena BBM merupakan salah satu komponen utama dan cukup besar dari biaya operasional kendaraan," ujar pria yang akrab disapa Sani itu kepada detikcom, Selasa (6/9/2022).

Dia mencontohkan tiket bus dari Jakarta-Solo Raya, yang masuk ke dalam perjalanan dekat dan menengah semula di harga Rp 180.000-an naik menjadi Rp 240.000-an. Kemudian, untuk trayek jarak jauh, misalnya Riau ke Jawa Timur semula Rp 600.000-an menjadi Rp 680.000-an.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, Sani menyatakan kebanyakan kenaikan dilakukan pada tarif bus non ekonomi. Pasalnya bus non ekonomi tarifnya dilepas ke pasar, tak perlu menunggu ketetapan dari Kementerian Perhubungan ataupun Dinas Perhubungan Daerah.

"Yang langsung menyesuaikan tarif bus non ekonomi karena tarif non ekonomi di lepas ke pasar. Untuk ekonomi kami sebetulnya masih menunggu dari pemerintah dalam hal ini AKAP dari Kementerian Perhubungan, AKDP dari Dishub Provinsi setempat," ujar Sani.

ADVERTISEMENT

Tapi, dia tak menampik beberapa operator bus juga sudah ada yang mengerek harga tiket untuk layanan ekonomi. Menurutnya, hal itu wajar terjadi demi mempertahankan operasional.

"Ada beberapa sih yang memang sudah menyesuaikan, kan mereka tetap harus beroperasi soalnya," kata Sani.

Di sisi lain, Sani menyatakan penyesuaian tarif ini bukan semata-mata karena kenaikan BBM saja, tapi sejak akhir tahun 2021 harga spare part sudah mengalami kenaikan hingga 15%. Beban makin bertambah dengan adanya kenaikan BBM. Makanya para operator bus terpaksa menaikkan harga.

"Kami sebelum ada kenaikan BBM tidak bisa melakukan penyesuaian tarif langsung karena spare part masuk ke komponen biaya tidak langsung, maka penyesuaian harga kami masukkan untuk kenaikan biaya pendukung operasional," papar Sani.

"Seperti kita tahu juga, biasanya setelah ada kenaikan BBM semua barang akan naik, ini yang juga kami antisipasi," pungkasnya.




(hal/zlf)

Hide Ads