BBM Makin Mahal, Pengusaha Hotel Ancang-ancang Naikkan Harga

BBM Makin Mahal, Pengusaha Hotel Ancang-ancang Naikkan Harga

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 08 Sep 2022 13:19 WIB
Ilustrasi hotel
Foto: Getty Images/Enes Evren
Jakarta -

Harga bahan bakar minyak (BBM) naik per 3 September lalu. Perubahan harga ini menyebabkan multiplier effect atau efek berganda pada sektor lainnya, termasuk pelaku bisnis perhotelan dan restoran.

Kedua bisnis pada sektor industri wisata ini terdampak dari segi tarif operasional dan daya beli konsumen. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan, pihaknya berencana melakukan penyesuaian atau adjustment harga.

"Memang kalau bicara sisi restoran atau hotel sudah pasti akan melakukan adjustment. Kecuali kalau yang masih mampu, masih ada spare. Tapi kenaikan (BBM) ini cukup tajam juga, jadi saya yakin kebanyakan melakukan adjustment," kata Maulana, kepada detikcom, Kamis (8/9/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski demikian, Maulana mengatakan, kenaikan ini tidak dapat serta merta dilakukan terutama di sektor perhotelan. Tingginya persaingan, di mana supply masih lebih besar dibandingkan demand atau permintaan pasar, melandasi langkah hotel yang harus memperhitungkannya secara tepat.

"Untuk meningkatkan tarif perlu melakukan perhitungan besar. Karena demand-nya rendah dan supply-nya besar, hotel tidak serta merta bisa menaikkan harga. Strategi yang paling cepat dilakukan yakni mengurangi diskon, misalnya biasanya 40%, menurun jadi 30%," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Oleh karena itu, ia menambahkan, pilihan yang paling tepat untuk saat ini ialah dengan melakukan efisiensi semaksimal mungkin. "Semaksimal mungkin efisiensi akan lebih baik, dibanding menaikkan harga di tengah pasar yang tidak pasti," tambahnya.

Di sisi lain, Maulana mengatakan, saat ini industri pariwisata masih dalam tahap recovery atau belum sepenuhnya pulih sejak menghadapi Covid-19.

Kenaikkan harga BBM ini membuatnya khawatir dengan kondisi daya beli masyarakat. Apalagi, kata Maulana, sektor wisata bukanlah kebutuhan utama. Kini, terlihat telah terjadi penurunan okupansi (hunian) hotel sejak bulan Agustus.

"Kalau melihat dari okupansi (hunian), sudah terjadi penurunan. Kegiatannya agak menurun dari bulan Agustus, kira-kira 5-6%. Dibanding bulan Juli sekitar di 47%, jadi sekarang di 40%-an. Awal bulan September ini masih renda, kita tidak tahu kenapa," ungkapnya.

Karena kenaikan harga BBM ini baru terjadi, Maulana belum bisa memastikan apakah penyebab penurunan okupansi ini berasal dari kondisi tersebut atau bukan. Namun yang pasti, kenaikan BBM akan mempengaruhi berbagai sektor seperti harga kebutuhan pokok, sehingga berpotensi merambah ke daya beli masyarakat.

"Yang kita khawatirkan itu daya beli masyarakat. Karena kalau rendah pun, pergerakannya nggak ada, sulit. Apalagi kalau kita bicara kenaikkan BBM. Kita paham lah dinamika pemerintah masalah subsidi, namun proses adaptasinya," kata Maulana.

Lanjutnya ke halaman berikutnya.

Sektor wisata sendiri bukanlah kebutuhan utama masyarakat, oleh karena itu perkembangannya sangat bergantung pada daya beli. Maulana mengatakan, di tengah kondisi seperti sekarang ini, pihaknya benar-benar bergantung pada langkah yang akan diambil pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan utamanya yaitu inflasi.

"Kalau sekarang kita lihat, seberapa mampu pemerintah mencari jalan keluar pada inflasinya dulu. Sehingga berdampak pada daya beli tidak menurun," kata Maulana.

Sementara kalau kita berbicara BBM itu menyangkut banyak hal. Nadinya, itu pokok semua barang ada di transportnya. Ini yang menjadi rumit," tambahnya.

Menurutnya, yang menjadi substansi utama yang perlu diperhatikan pemerintah tidak hanya bantuan masyarakat miskin, melainkan jasa transportasi.

"Karena kalau harga barang meningkat itu kan pertama karena terbeban operasional, kemudian barulah ke daya beli masyarakat yang butuh kemampuan spendingnya," jelasnya.



Simak Video "Video: Harga BBM Berubah, Simak Daftar Jenis dan Harganya"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads