Harga emas telah mengalami berbagai guncangan selama periode 2022 ini. Bahkan, dari harga tertingginya pada Maret yang mencapai US$ 2.070/oz, kini terjun hingga berada di kisaran US$ 1.660-an/oz.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, harga ini berkemungkinan akan terus melandai seiring dengan kondisi perekonomian global hingga akhir tahun.
"Terhitung akan turun US$ 1.650/oz atau di bawahnya kemungkinan besar di tanggal 21 atau 22 September, di mana Bank Sentral Amerika akan menaikkan suku bunga 75 bp atau di 100 bp," kata Ibrahim, kepada detikcom, Jumat (16/09/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, tambahnya, tingkat inflasi AS pada kuartal 3 tahun ini diprediksi akan terkontraksi 0,6%. Apabila itu terjadi, AS berarti masuk ke resesi dan bank sentralnya akan berkemungkinan memperketat suku bunganya.
"Kenaikan suku bunga tidak hanya di September ini saja. Di November, Desember, kemungkinan besar Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih ketat lagi, berarti di atas 75 basis point," terang Ibrahim.
Hanya saja, meski kenaikan harga masih berkemungkinan terjadi, Ibrahim mengatakan, nominal tersebut akan kembali turun karena kondisi inflasi yang tinggi.
"Tapi di bulan September-November ini kemungkinan besar masih akan fluktuatif. Artinya, walaupun harga naik sampai US$ 1.700-an/oz, tapi kemungkinan masih akan balik lagi ke bawah," ungkapnya.
Kapan harga emas akan berbalik menguat? Buka halaman selanjutnya.
Sedangkan mengenai kapan harga emas berkemungkinan naik, Ia mengatakan, Desember ini bisa jadi pergerakannya mulai terlihat. Dengan demikian, pada awal 2023 mendatang, kondisi sudah terlihat lebih aman.
"Mulai naik lagi kemungkinan besar di akhir tahun, di bulan Desember-an lah baru akan ketahuan harga itu akan naik. Tahun depan sudah sedikit kelihatan aman apalagi kalau kondisi Ukraina kembali stabil," ungkapnya.
"Ada kemungkinan bisa di atas US$ 2.000/oz, bisa cepat sekali (naiknya). Turunya itu lama, naiknya itu kenceng, emas seperti itu," tambahnya.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang dapat membuat harga emas meningkat, yang paling utama ialah kejadian geopolitik dunia. Salah satunya yakni apabila China melakukan operasi khusus terhadap Taiwan.
"Kalau memang terjadi konflik, ya ini akan kembali naik. Naik waktu bulan ketiga pun karena operasi khusus Rusia ke Ukraina kan. Artinya apa? Percikan-percikan dari geopolitik di Laut China Selatan ini yang akan membawa harga emas naik," kata Ibrahim.
"Kekalahan Rusia dari Ukraina pun bisa saja membawa perdamaian di Semenanjung Ukraina," tambahnya.
Dengan demikian, dalam rentang hingga akhir tahun ini, Ibrahim tidak menyarankan transaksi investasi emas, baik membeli ataupun menjual. Ia menyebut, bulan ini menjadi waktu yang suram bagi investasi emas.
Di sisi lain, meski harganya masih berkemungkinan turun, Analis Komoditas Ariston Tjendra mengatakan, momen penurunan harga emas saat ini tetap bisa dimanfaatkan masyarakat yang berminat investasi jangka panjang.
"Saat harga turun adalah harga yang bagus untuk membeli emas. Tapi untuk investasi jangka yang lebih panjang misal 2-3 tahun," kata Ariston.
"Ya kemungkinan turun masih terbuka, bisa cicil-cicil beli," tambahnya.
Penurunan harga Emas memang sangat erat kaitannya dengan rencana kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS ke depan. Meski demikian, Ariston menyampaikan, aktivitas para pelaku pasar yang memilih keluar dari aset emas dan masuk ke aset dollar yang naik tingkat imbal hasilnya juga membuat harga emas tertekan.
Sebagai tambahan informasi, pergerakan harga emas dunia yang tengah mengalami tren penurunan ini juga selaras dengan harga emas Antam di tanah air.
Kalau ditarik sejak awal tahun 2022, harga emas Antam kini telah mengalami penurunan yang cukup jauh sejak harga tertingginya. Dilansir melalui situs Logam Mulia, harga emas sempat mencapai yang tertinggi pada 9 Maret lalu, yakni di Rp 1.036.000/gr.
Sementara itu, kini grafik harga logam mulia itu semakin hari semakin landai. Di mana per 16 September hari ini, harga emas Antam berada di Rp 933.000.000/gr. Dari data tersebut, apabila kita sandingkan, terlihat ada selisih sekitar Rp 103.000/gr.
(dna/dna)