Wacana penundaan pemilu itu pun menuai kritik. Kritik itu salah satunya dilontarkan Direktur Celios Bhima Yudhistira di mana ia menyebut apa yang dilakukan Bahlil kurang kerjaan. Padahal, kata dia, PR di bidang investasi segudang.
"Sebenarnya ini kurang kerjaan, padahal masih banyak sekali PR-PR di bidang investasi," katanya kepada detikcom.
Bhima memaparkan, PR itu seperti penyelesaian investasi mangkrak. Kemudian, tantangan investasi yang berat ke depan karena mulai melemahnya harga komoditas. Hal itu ditambah sinkronisasi regulasi antar kementerian lembaga serta efektivitas sistem OSS yang perlu dievaluasi secara total.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini sudah meluncurkan lagi wacana presiden 3 periode atau penundaan pemilu. Saya kira wacana-wacana yang kontra produktif apalagi keluar dari statmen menteri di bidang investasi ini justru bisa blunder bagi realisasi investasi," paparnya.
Menurut Bhima, polemik yang muncul akan menjadi sinyal bagi para investor bahwa situasi politik di Indonesia belum beres. Dia menekankan, sebaiknya para menteri ekonomi fokus ke pekerjaannya daripada mengurusi urusan politik.
"Harusnya menteri di bidang ekonomi atau investasi fokus aja sama kerjaannya dulu, nggak usah mencampuri terlalu dalam urusan politik. Karena nanti investor juga akan bertanya sebenernya ke mana arah dari risiko politik Indonesia ke depannya. Itu kan bagian penting confidence atau kepercayaan diri investor di Indonesia," jelasnya.
Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahardiansyah juga mengkritik langkah Bahlil. Menurutnya, hal itu menjadi tanda jika Bahlil tak bisa menjalankan tugas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi (tupoksi).
"Saya melihatnya bahwa ada indikasi Pak Bahlil ini kurang mampu melaksanakan tupoksinya. Dalam mendapatkan investor kan, apalagi terkait tupoksinya sebagai menteri investasi harusnya dia lebih banyak melobi atau melakukan berbagai hal terkait terutama koordinasi dan kolaborasi dengan kementerian dan lembaga lain, termasuk dengan pihak luar dan untuk mendapat investasi di Indonesia," jelasnya.
Indikasi lain, kata dia, Bahlil sedang mencari 'panggung' atau pencitraan. Kemudian, menjadi tanda juga jika Bahlil tidak bisa mengkoordinasikan anak buahnya.
"Saya melihat Pak Bahlil tidak bisa mengkoordinasikan anak buahnya juga. Jadi bagaimana lembaga yang dipimpinnya ini kemudian secara lincah dan ramping bisa menarik minat investor dengan berbagai kebijakan yang ada. Saya juga lihat Pak Bahlil menempatkan diri sebagai seorang aktor politikus daripada seorang birokrat," terangnya.
Simak Video "Video Bahlil Semprot Dirjennya hingga Dirut PLN di DPR: Kurang Ajar Kalian!"
[Gambas:Video 20detik]
(acd/zlf)