Porang terus diupayakan agar menjadi komoditas unggulan. Hal itu tidak terlepas dari tingginya minat pembeli dari luar negeri seperti Vietnam, Thailand, China, hingga Eropa yang tertarik dengan komoditas tersebut.
Tingginya minat terhadap komoditas tersebut tidak terlepas dari kandungan glukomanan yang terdapat di porang. Kandungan tersebut bisa diolah lebih lanjut dan dibutuhkan oleh sejumlah industri seperti kosmetik, tekstil, hingga kaca.
Petani Porang asal Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Sarno mengatakan ada sejumlah pekerjaan rumah yang mesti segera diselesaikan oleh para pemangku kepentingan untuk memaksimalkan potensi porang. Sebab kalau lambat semangat para petani untuk menanam porang di daerah perbatasan seperti Jagoi Babang, Siding, dan Seluas bisa luntur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sarno mengatakan salah satu yang menjadi keluhan para petani porang yang berada di daerah perbatasan yakni sepinya pembeli dan anjloknya harga komoditas tersebut. Belum lagi pembeli yang mayoritas berasal dari Pulau Jawa menjadi tantangan tersendiri bagi para petani porang di perbatasan.
"Sekarang harga porang di Jawa berkisar Rp 3.000/kg," katanya.
Menurutnya, harga tersebut tergolong tidak masuk akal. Berdasarkan hitungan kasar Sarno untung mengangkut porang dari daerah Jagoi Babang sampai ke Pulau Jawa membutuhkan dana sekitar Rp 2.500/kg artinya uang yang didapatkan hanya sekitar Rp 500/kg.
Keuntungan tersebut sama sekali tidak menutup modal yang harus dikeluarkan oleh para petani porang yang berada di Jagoi Babang. Sebab untuk melakukan proses penanaman, perawatan, hingga panen porang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
"Ongkos ke Jawa Rp 2.500 ribu tinggal Rp 500, ongkos panen dari ladang ke tepi jalan nggak cukup Rp 500 berarti habis kurang," katanya.
Anjloknya harga porang pun menghadirkan kerugian yang cukup besar bagi para petani. Sarno menuturkan dirinya harus menanggung kerugian mencapai ratusan juta rupiah.
Tercatat anjloknya harga porang disebabkan karena China menutup pintu ekspor. Bahkan selama dua tahun terakhir China tidak memberikan akses ekspor porang dari Indonesia. Hal itu membuat pabrik chip porang di Indonesia sempat menumpuk dan membuat harga turun drastis. Sebelum anjlok harga porang tembus sampai Rp 14 ribu per kilo kini berada di angka sekitar Rp 2 ribu - 3 ribu per kilo.
"Saya rugi Rp 250 juta porang nol hasilnya dari porang," katanya.
Bersambung ke halaman selanjutnya. Langsung klik
Simak juga Video: Intip Petani Milenial Panen Porang, Tanaman Liar yang Hasilkan Cuan