Daerah Perbatasan Ini Jadi Sentra Pengembangan Jagung di Kalbar

Tapal Batas

Daerah Perbatasan Ini Jadi Sentra Pengembangan Jagung di Kalbar

Nurcholis Maarif - detikFinance
Rabu, 28 Sep 2022 19:45 WIB
Ladang jagung di Gorontalo
Foto: Kementan
Bengkayang -

Kabupaten Bengkayang telah dicanangkan sebagai sentra pengembangan jagung di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Sebanyak 70% produksi jagung di Kalbar disebut berasal dari Bengkayang.

Bupati Bengkayang Sebastianus Darwis mengatakan jagung merupakan salah satu komoditas unggulan sektor pertanian. Tak hanya dari sisi petani yang banyak menggarap di komoditas ini, tetapi juga dari sisi pembeli yang ada di sekitar Bengkayang.

"Seperti jagung kan jelas, pembeli, pabrik pakan ada di sini, peternak ayam di Singkawang, di Bengkayang ada. 70% jagung Kalbar itu ya Bengkayang yang menghasilkan, malah kita mau genjot di situ sebagai produk unggulan," ujar Sebastianus belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya pada tahun 2021, seperti dilansir dari Antara, Sebastianus menyebut pengembangan budidaya jagung di Bengkayang ada di 122 desa atau ini tersebar di 7 kecamatan. Pihaknya fokus pada pengembangan produktivitas jagung dan lahan yang sudah tersedia sekitar 30.036 hektare yang menyebar di 7 kecamatan tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Barat, Florentinus menyebut setiap tahun di Kalimantan Barat dibutuhkan jagung pipilan kering (JPK) sebanyak 322.621 ton, baik untuk kebutuhan konsumsi maupun untuk kebutuhan Industri Pakan Ternak.

ADVERTISEMENT

Kebutuhan tersebut atas dasar kapasitas terpasang pabrik pakan. Namun, jumlah tersebut belum memenuhi akan kebutuhan pakan ternak di Kalimantan Barat yang jauh lebih besar.

Tak hanya dari pemerintah, potensi pengembangan jagung ini pun turut diambil oleh masyarakat. Salah satunya Robi Ismail, 'bos' pengepul jagung di Kecamatan Seluas. Rosaline Ernawati, adik Robi, menceritakan bahwa kakaknya memulai usaha jagung sudah lebih dari 5 tahun yang lalu.

Awalnya, kata Ernawati, Robi hanya mengirim satu truk jagung dalam waktu dua minggu hingga satu bulan ke pabrik pakan ayam yang ada di Singkawang. Namun, kini Robi biasa mengirim 3 truk dalam seminggu, yang masing-masing truk berisi 6 ton jagung.

"Di mobil tuh (kadang) ada sahang. Kadang bawa jagung 5 ton, 1 tonnya sahang. Kan pokoknya target di 1 mobil itu 6 ton, kalau nggak ada sahang, jagung aja. Pas lagi mahal (harga jagung) bisa Rp 6.000 per kg, sekarang sisa Rp 4.100 per kg," ujarnya.

Dengan estimasi harga terendahnya saja, usaha Robi ini bisa menghasilkan omzet ratusan juta per bulannya. Robi juga bekerja sama dengan mayoritas petani di dekat tempat tinggalnya dalam penyediaan jagung. Sepulang dari Singkawang, biasanya sopir membawa tahi ayam yang akan digunakan sebagai pupuk untuk penanaman jagung milik para petani.

Robi, kata Ernawati, memanfaatkan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BRI dalam menjalankan usahanya tersebut. Robi pernah minjam dua kali, pertama KUR BRI Rp 50 juta dan pinjaman komersial Rp 150 juta. Semuanya digunakan sebagai pengembangan usaha.

"Abang saya sudah beberapa kali minjam di BRI buat pengembangan usaha jagung. Usaha yang lain (juga), (pokoknya) apa yang bisa dijual kaya kemiri ini kan. Untuk mengembangkan usaha ini, abang saya meminjam pengajuan KUR di BRI. Minjam dua kali, KUR Rp 50 juta, yang kemarin Rp 150 juta," pungkasnya.

detikcom bersama BRI mengadakan program Tapal Batas yang mengulas perkembangan ekonomi, infrastruktur, hingga wisata di beberapa wilayah terdepan Indonesia. Untuk mengetahui informasi dari program ini ikuti terus berita tentang Tapal Batas di tapalbatas.detik.com!




(ncm/hns)

Hide Ads