Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan angka inflasi. Periode September 2022 inflasi secara tahunan tercatat 5,95%.
Kepala BPS Margo Yuwono mengungkapkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jadi penyebab utama terjadinya inflasi bulan September ini.
"Inflasinya 1,17% dan kalau dilihat menurut kelompok pengeluaran dibagi 11 itu. Pendorong utamanya adalah kelompok pengeluaran transportasi inflasi 8,88% dan memberikan andil ke inflasi 1,08%. Tapi mampu diredam," kata Margo, dalam konferensi pers, Senin (3/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengungkapkan berdasarkan pantauan BPS di 90 kota September 1,17%. Atau terjadi kenaikan IHK. Penyumbang inflasi kenaikan bensin, tarif angkutan dalkot, solar, tarif angkutan antar kota.
"Dari pantauan BPS dari 90 kita yang diamati 88 kota inflasi. Inflasi tertinggi di bukit tinggi sebesar 1,87% dan kalau dilihat penyebab utamanya karena kenaikan harga bensin memberikan andil itu 0,81%. Kemudian bera memberikan andil 0,35%. Angkutan dalam kota berikan andil 0.,18% dan angkutan antar kota 0,09%," kata Margo.
Dia juga menyampaikan jika angka ini masih dalam kondisi moderat. "Bisa dilihat atau dibandingkan dengan negara lain. Inflasi kita masih dalam kondisi yang moderat tapi perlu waspada," jelas dia.
Margo menyebutkan memang saat ini kondisi perekonomian masih dibayangi ketidakpastian. Dia menyebut tren kenaikan harga ini juga hrus terus diwaspadai.
"Tapi kalau dibandingkan dengan negara lain ya tidak mengkhawatirkan. Sekali lagi saya lebih senang menyebutkan dengan moderat, tapi perlu waspada," tambah dia.
Berikut daftar penyumbang inflasi:
Transportasi
- Bensin memberikan andil ke inflasi September month to month sebesar 0,89%
- Angkutan dalam kota memberikan andil ke inflasi sebesar 0,09%
- Solar memberikan andil ke inflasi sebesar 0,03%
- Angkutan antar kota memberikan andil ke inflasi sebesar 0,03%
- Tarif angkutan roda 2 online memberikan andil ke inflasi sebesar 0,02%
- Tarif angkutan roda 4 online memberikan andil inflasi sebesar 0,01%
Makanan
- Bawang merah tercatat deflasi 0,06%
- Cabai merah tercatat deflasi 0,05%
- Minyak goreng tercatat deflasi 0,03%
- Tomat tercatat deflasi 0,02%
- Cabai rawit tercatat deflasi 0,02%
- Ikan segar tercatat deflasi 0,01%.
(kil/dna)