Menurut pengaduan, Liu dan tamu lainnya memaksa penggugat untuk minum alkohol dalam jumlah berlebihan selama makan yang dibayar dengan kartu kredit perusahaan JD.com. Mahasiswi China itu mengatakan, ia meminta bantuan untuk pulang melalui layanan jasa transportasi, namun dia malah diarahkan ke limusin bersamanya.
Gugatan tersebut juga menyebut, Richard Liu meraba-raba wanita itu selama perjalanan dengan mobil dan mencoba melepaskan pakaiannya meskipun dia berulang kali memintanya untuk berhenti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada saat kasus tersebut diajukan, Richard Liu telah melepaskan tanggung jawabnya terhadap JD.com. Pada April 2022, ia mengundurkan diri sebagai CEO.
Perlu diketahui, tuduhan kekerasan seksual jarang bisa sampai di proses ke pengadilan di China. Bahkan, jika sampai terjadi, penggugat kerap menghadapi 'pertempuran' sulit akibat minimnya kepercayaan pengadilan.
Dengan latar belakang itu, penyelesaian pengadilan Liu dipandang sebagai tanda beberapa kemajuan di tengah kemunduran hukum di China. Keputusan untuk menyelesaikan kasus di luar pengadilan dianggap oleh beberapa feminis di China sebagai kemenangan kecil bagi gerakan #MeToo di negara itu.
Di Weibo, platform mirip Twitter di China, sebuah tagar terkait dengan kasus tersebut menarik jutaan tanggapan. Reaksinya pun terbagi antara komentar simpati kepada Richard Liu dan menuduh Jingyao Liu melakukan tindakan hukum demi uang. Di sisi lain, pendukung Liu Jingyao pun memuji hasil kesepakatan ini sebagai momen bersejarah.
"Melihat kembali gerakan #MeToo China dalam empat tahun terakhir, penyelesaian pra-persidangan ini sangat penting. Ini adalah hasil perjuangan Jingyao dan feminis selama empat tahun," tulis komentar dari salah satu pendukungnya.
(ara/ara)