Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi perusahaan yang melakukan pembinaan dan pelatihan agar pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah naik kelas. Dalam acara Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas, Jokowi berharap perusahaan skala besar dan UMKM bekerja sama menghadapi tantangan global.
Selain masuk ke ranah digital, caranya juga bisa dilakukan misalnya dengan mengubah packaging, meningkatkan branding dari produk UMKM tersebut.
"Seperti madu, biasanya dimasukkan ke botol dan dijual di pasar. Namun dengan packaging yang bagus dan branding produk yang baik maka bisa menaikkan harga jual berkali-kali lipat. Hal-hal dan sentuhan kecil seperti itu yang diharapkan," ujarnya di Gedung Smesco, dikutip dari keterangan yang diterima, Selasa (3/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Ketua Umum II Bidang Perekonomian Kadin Indonesia Franky Oesman Widjaja mengatakan, melalui Gerakan kemitraan Inklusif, perusahaan lebih mudah melakukan pendampingan.
Ia menambahkan, yang menjadi masalah utama pelaku UMKM yakni akses keuangan, tidak adanya teknologi, marketing dan penjualan hingga packaging yang tidak baik. Terkait hal ini ia menyebut akan melakukan pendampingan, termasuk membantu UMKM jajaki pasar ekspor.
Dalam acara tersebut Jokowi mengunjungi beberapa booth, salah satunya Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yang membina petani madu dan kopi untuk berkembang. Jokowi mengapresiasi bahwa langkah pembinaan yang dilakukan perusahaan secara nyata berdampak terhadap kehidupan masyarakat.
Saleh Husin, Managing Director Sinar Mas menuturkan bahwa saat ini pelaku UMKM membutuhkan adanya kemitraan dengan perusahaan. Pendampingan yang diperlukan tidak hanya pada sisi produksi tetapi juga pendampingan pada akses pasar. Dengan kualitas bagus dan kemasan yang menarik, maka pelaku UMKM akan mendapatkan nilai tambah.
Misalnya pengemasan dan branding yang baik akan memberikan nilai tambah terhadap produk milik UMKM. Hal ini akan membuat harga jual pun terkerek naik, dengan sendirinya berdampak pada peningkatan omzet dan skala bisnis.
"Selain madu kami itu ada jahe, kopi dan banyak sekali yang lainnya. Selama ini kami ada program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang sudah berjalan. Kami berharap ke depannya beberapa produk binaan malah akan diekspor ke negara tetangga, misal Singapore atau Malaysia," kata Saleh.
Ia menjelaskan, produksi madu di Jambi mencapai 38 ton/bulan. Penjualan tanpa kemasan dihargai Rp 30 ribu. Sedangkan yang sudah dikemas dijual Rp 40 ribu - Rp 50 ribu. Sehingga total penjualan per bulan bisa mencapai Rp 200 juta.
Febri, Petani madu binaan Sinar Mas dan pemuda di desanya diberdayakan melalui program pelatihan hingga bantuan modal. Saat ini, ia mampu memproduksi sedikitnya 500 kilogram madu setiap bulannya.
Secara keseluruhan ada 593 kepala keluarga yang ikut serta dalam program pembinaan hingga mampu memproduksi 38 ton. Dengan jumlah produksi itu ia berharap bisa menembus pasar ekspor.
"Pendampingannya pelatihan dari mulai pengemasan madu, cara penjualan, dan digital marketing semuanya dibantu perusahan, permodalan dibantu sebagian. Modal kami Rp 50 juta sebagiannya dibantu perusahaan juga," katanya.
Selain Febri, petani madu lainnya, Wanudin mengatakan merasa terbantu melalui kemitraannya dengan perusahaan. Dia mengaku telah memberikan banyak perubahan ekonomi kelompoknya. Dari semula kelompok ini hanya fokus pada bagi hasil kemitraan, kini memiliki pendapatan lain dari budidaya lebah sehingga membantu menopang pendapatannya, di masa saat ini telah mengelola 2.000 kotak lebah jenis Apis Mellifera dengan penghasilan sekitar Rp 200 Juta/ bulan.
Sejak sebulan lalu kelompok mereka telah membuka cabang pemasaran di Batam, Kepulauan Riau. Melalui kantor pemasaran di luar daerah ini diharapkan dapat meningkatkan penjualan dan harga yang lebih tinggi. Selain itu, produk madunya kini telah memiliki merek dagang sendiri. Usaha madu mereka memiliki brand "Madu Murni Melifira".
Sektor UMKM merupakan sektor strategis nasional, berdasar data Kementerian Koperasi dan UMKM sektor ini memiliki kontribusi terhadap PDB lebih dari 61 persen.
"Kita harapkan melalui gerakan nasional UMKM naik kelas ini, semua pihak yang terlibat dapat bekerjasama dan berkolaborasi secara konsisten demi mewujudkan penurunan angka kemiskinan ekstrem di Indonesia," ungkap Direktur APP Sinar Mas Suhendra Wiriadinata.
(zlf/zlf)