Pengusaha Keluhkan Ekspor Kerajinan Tangan RI Terbentur Biaya Logistik Mahal

Pengusaha Keluhkan Ekspor Kerajinan Tangan RI Terbentur Biaya Logistik Mahal

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Rabu, 05 Okt 2022 14:23 WIB
Kerajinan tangan
Ilustrasi/Foto: Shutterstock
Jakarta -

Aktivitas ekspor dalam industri kerajinan tangan masih menemui banyak kendala. Salah satu yang paling berpengaruh ialah dari segi biaya logistik yang sangat besar.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Eksportir dan Pengusaha Handicraft Indonesia (ASEPHI), Muchsin Ridjan. Ia mengatakan, pihaknya tengah membidik peluang ekspor kerajinan tangan di pasar global melalui platform digital.

"Kendala ekspor, mendapatkan space kapal dan biaya-biaya untuk logistik dan masalah pelabuhan. Ini masalah yang luar biasa sehingga kita kesulitan," ujar Muchsin dalam keterangannya, dikutip Rabu (5/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Muchsin, peningkatan aktivitas ekspor sangat penting demi menunjang Indonesia menjadi negara maju. Apabila ekspor meningkat maka devisa yang dihasilkan akan semakin membesar.

Di sisi lain, peningkatan ekspor masih menjadi tantangan bagi Muchsin, sebab belum semua anggota ASEPHI menjadi eksportir.

ADVERTISEMENT

"Sebagian besar kita juga sudah ekspor, namun kendalanya masalah logistik dan pelabuhan," kata Muchsin.

Selama pandemi Covid-19, Muchsin mengaku, ekspor ritel dari anggota ASEPHI menurun, salah satunya di DKI Jakarta. Namun, anggota di daerah seperti Bali dan Jawa Timur justru membukukan kenaikan.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, sejumlah upaya strategis pun dilakukan oleh ASEPHI. Salah satunya memperkenalkan produk kerajinan dari pelaku UMKM atau anggota ASEPHI melalui Jakarta International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) yang digelar pada Oktober 2022.

Berlanjut ke halaman berikutnya.

Pameran tersebut nantinya dikonsepkan dalam satu ekosistem digital yang bisa diperkenalkan kepada para pembeli. Para pembeli yang hadir dalam pameran merupakan pembeli yang dipilih secara ketat oleh pengurus pusat ASEPHI.

Lebih lanjut, Wakil Ketua Umum II ASEPHI Muchamad Ali Jufry menjelaskan, ekspor ritel melalui digitalisasi menjadi peluang besar yang bisa dimanfaatkan pihaknya. Kendati demikian, dukungan pemerintah baik dari sisi kebijakan dan kerja sama diperlukan untuk memudahkan proses ekspor produk UMKM tersebut di pasar global.

"Ketika bicara peluang yang lain, tentunya ada diekspor ritel, yaitu melalui platform digital. Apabila didukung oleh logistik yang terjangkau, di situlah terjadi perubahan dari digital ekspor," ujar Ali.

Ali berharap, ke depannya produk yang diperkenalkan melalui platform digital merupakan hasil inisiatif anak bangsa itu sendiri dan bukan dari pihak asing

"Kita berharap peluang itu lewat platform digital, kita tidak berharap pelaku digital asing yang menguasai, tapi kita sendiri. Kekuatan kita tentu ada di member kita. Harapannya kita menembus pasar luar negeri dengan platform digital, sembari menunggu kondisi ekonomi global pulih," katanya.

Selain membidik pasar ekspor, INACRAFT Oktober 2022 pun menyasar kaum milenial. Sekretaris Jenderal ASEPHI Baby Jurmawati Djuri menyebut pameran yang digelar kedua kalinya sepanjang tahun ini akan memberikan ruang bagi anak-anak muda.

Tidak hanya itu, ia memastikan ada sejumlah kegiatan pendukung INACRAFT yang diisi oleh kaum milenial atau mereka yang berusia di bawah 40 tahun.

"Konsep yang kami targetkan dalam INACRAFT ini adalah konsep digital seperti pameran virtual yang kami sediakan. INACRAFT ini targetnya sebenarnya untuk Oktober untuk yang muda-muda. Yang kami harapkan tampil," ucap Baby.

Partisipasi anak muda, lanjut Baby, diberikan agar mereka bisa menunjukkan bakat dan kemampuannya. Peluang ini penting lantaran anak muda menjadi tonggak penting perjuangan bangsa Indonesia ke depannya.


Hide Ads