Siapa yang tidak tahu jamu Sido Muncul? Jamu-jamu legendaris milik PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk juga sudah tersebar ke berbagai negara.
Berdasarkan catatan detikfinance, jamu Sido Muncul sudah diekspor ke 12 negara yakni Malaysia, Brunei Darussalam, Korea, Aljazair, Amerika Serikat, Mongolia, Singapura, Australia, Nigeria, Hong Kong, Arab Saudi dan Rusia.
Kira-kira, siapa pemilik Sido Muncul yang jamunya sudah mendunia?
Awal perjalanan Sido Muncul dimulai oleh Bapak Siem Thiam Hie (Rakhmat Sulistio) dan Ibu Go Djing Njo (Sri Agustina) yang dulunya pemilik susu perah terbesar di Ambarawa, Jawa Tengah dengan nama Melkrey. Pada tahun 1930-an, pasangan suami istri ini merintis toko roti dengan nama Roti Muncul. Pada saat yang bersamaan, Ibu Go Djing Njo mulai meracik jamu masuk angin yang kini dikenal dengan nama Tolak Angin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbekal kemahiran Ibu Go Djing Njo dalam mengolah jamu, pada tahun 1935 pasangan ini memutuskan untuk membuka usaha jamu di Yogyakarta. Meskipun bukan produsen jamu yang pertama, produk Sido Muncul semakin digemari. Ibu Go Djing Njo membuat terobosan jamu Tolak Angin dalam bentuk serbuk yang dikemas dalam kantong kertas yang praktis. Sekitar tahun 1940, Tolak Angin dalam bentuk godokan tersebut mulai dipasarkan.
Pada tahun 1951, pasangan suami istri ini mendirikan industri rumahan jamu dan obat herbal dengan nama Sido Muncul di Jalan Bugangan No. 25 Semarang. Saat itu, hanya ada 3 orang pekerja saja dengan produk utamanya jamu Tujuh Angin atau dikenal dengan merek dagang Tolak Angin.
Lalu pada tahun 1953, anak Ibu Go Djing Njo dan Bapak Siem Thiam Hie, Desy Sulistio beserta suaminya Bapak Jahja Hidajat memberi dukungan modal dan membantu usaha keluarga ini. Sido Muncul lalu membuka pabrik yang lebih besar di Jalan Mlaten Trenggulun No. 104 Semarang.
Sejak tahun 1969, satu persatu anak-anak Desy Sulistio mulai ikut terlibat dalam pemasaran dan distribusi Sido Muncul. Pada tahun 1970, Ibu Go Djing Njo menyerahkan sepenuhnya pengelolaan Sido Muncul kepada Ibu Desy Sulistio dan suaminya.
Tahun 1970, Sido Muncul berbentuk badan hukum dengan nama CV Industri Jamu & Farmasi Sido Muncul. Namun 2 tahun kemudian, Sido Muncul hampir pailit.
Pada tahun 1972, Sido Muncul nyaris pailit karena tidak mampu membayar utang sebesar Rp 6 juta sehingga seluruh asetnya akan disita oleh Panitia Urusan Piutang Negara. Kala itu, omset penjualannya hanya sekitar Rp 800 ribu per bulan. Akhirnya, Sido Muncul mengeluarkan produk baru jamu kesehatan wanita dengan merek Pil Amor.
Pil Amor diiklankan dengan narasi yang menarik pada dua stasiun radio FM ternama di Jakarta. Pada bulan kedua sejak diiklankan, omset penjualan Pil Amor mencapai Rp6 juta. Bulan berikutnya meningkat lagi hingga Rp12 juta. Dalam waktu 6 bulan Sido Muncul berhasil melunasi utangnya.
Pada tahun 1975, Sido Muncul melakukan perubahan badan hukum menjadi PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul. Pada 1984, untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan pasar yang terus bertambah, pabrik Sido Muncul pindah ke Lingkungan Industri Kecil (LIK) di Jalan Kaligawe, Semarang.
Pada tahun 1992, Tolak Angin meluncurkan produk dalam bentuk cair. Menurut catatan detikfinance, Sido Muncul semakin besar semenjak produk itu meluncur. Pada tahun 1997, Sido Muncul membangun pabrik di Klepu, Kecamatan Bergas, Ungaran. Upacara peletakan batu pertama dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X dan disaksikan oleh Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Lalu pada 1998, Direktur dan penerus perusahaan Sido Muncul Irwan Hidayat mulai mengiklankan Tolak Angin dengan tagline 'Orang Pintar Minum Tolak Angin'. Kata-kata yang sederhana itu merupakan ide Irwan sendiri, meski sederhana tapi ampuh melekat di ingatan konsumennya.
Tapi bukan hanya di situ saja, Irwan tetap menjaga kualitasnya dengan melakukan uji toksisitas pada tahun 2000 dan uji khasiat pada 2004. Meskipun saat itu Tolak Angin sudah cukup tenar.
"Secara umum jamu itu aman, tapi untuk meyakinkan saya ingin membuktikan keamanan produk itu. Sehingga saya lakukan uji toksisitas dan uji klinis. Kami melakukannya dengan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Fakultas Farmasi, terbukti diminum asal sesuai aturan itu selama 212 bulan tidak terjadi kerusakan hati, iritasi, lambung, pankreas, ginjal dan usus," ucap Irwan kepada detikfinance pada 22 Maret 2018 lalu.
Diketahui bahwa perusahaan keluarga ini memiliki pendapatan yang besar. Dilansir dari Forbes, Senin (17/10/2022), Irwan dan keluarga bahkan berada di urutan ke-28 dalam jajaran orang terkaya di Indonesia tahun 2021. Irwan dan keluarga memiliki kekayaan senilai US$ 1,58 miliar atau sekitar Rp 24 triliun (kurs Rp 15.494).
Hingga saat ini, Sido Muncul sudah memproduksi lebih dari 250 jenis produk. Adapun beberapa merek unggulannya yaitu Tolak Angin, Kuku Bima Energi, Alang Sari Plus, Kopi Jahe Sido Muncul, Jamu Komplit, Kunyit Asam, Susu Jahe, dan Kuku Bima Kopi Ginseng.
(fdl/fdl)