Influencer Tebar Horor Resesi, Beneran atau Jualan?

Influencer Tebar Horor Resesi, Beneran atau Jualan?

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2022 07:15 WIB
Podcast Tolak Miskin: Melawan Resesi!
Foto: Tim Infografis/Mindra Purnomo
Jakarta -

Influencer ramai membahas resesi ekonomi. Mereka mencoba untuk menjelaskan apa itu resesi ekonomi hingga kemungkinan yang terjadi pada ekonomi tahun 2023.

Para influencer itu juga membumbui kontennya tersebut dengan data yang dilansir dari berbagai sumber. Berdasarkan penelusuran detikcom, Senin (17/10/2022), informasi yang didapat juga dari media online, yang mana informasinya juga didapat dari pemerintah.

Meski beberapa influencer mencoba untuk mengedukasi, tetapi ada juga yang pada akhir kontennya bertujuan juga untuk menawarkan suatu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti salah satu influencer dengan akun bernama @aab***. Dengan judul video 'GELAP' ia mengungkap informasi mengenai ekonomi tahun 2023 resesi gelap berdasarkan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Hampir semua ekonomi memprediksi 2023 resesi dan hari ini gelandangan di Inggris sudah semakin banyak, ekonomi sakit parah dan ini juga dialami oleh China dan sangat mungkin merembet ke mana mana," jelas influencer tersebut.

ADVERTISEMENT

Ia juga mengungkap bagaimana perputaran uang di Indonesia. Menurutnya, kondisi ekonomi saat ini dan ke depan tidak bagus untuk dunia usaha menengah ke bawah.

"Ternyata ada banyak fakta yang mencengangkan. Begini kalian yang capek bekerja setiap hari jualan basreng, cilok, fesyen, dan semua pergerakan ekonomi di sektor nyata, harus menolak menolak fakta pahit. Kalau sebenarnya uang yang muter di lantai bursa jauh lebih banyak dari yang muter di sektor riil, dan fakta sebenarnya uang di Indonesia ini berlimpah," jelasnya.

Di akhir video, konten kreator ini menawarkan join kelas ekonomi. Penawaran dilengkapi dengan banner kelas yang akan digelar.

Influencer lainnya, @Daff*****, menjelaskan berkaitan dengan kenapa bahwa orang kelas menengah ke bawah tidak peduli dengan keadaan ekonomi di 2023. Padahal ia menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri telah mewanti-wanti bahwa ekonomi tahun depan 'gelap'.

"Menurut gue pribadi sesimple mereka itu nggak ngerti, ya nggak ngerti itu maksudnya itu benar-benar bukan litterly nggak ngerti ya. Karena ya presiden juga sudah ngomong, 2023 bakal gelap, mereka sudah tahu. Tetapi mereka nggak melakukan apa-apa, masih foya-foya masih buang-buang uang, masih haha hihi, mereka nggak tahu apa dampak untuk Indonesia bahkan untuk mereka sendiri," jelasnya.

Awal Mula Isu Resesi dan Ekonomi 'Gelap'

Keterangan mengenai kondisi ekonomi global yang berat tahun depan disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya sederet lembaga keuangan internasional menyebutkan tahun depan keadaan ekonomi akan semakin gelap.

"Itu yang saya sampaikan itu dunia, ekonomi dunia tahun depan, memang semua lembaga internasional sampaikan dalam posisi yang tidak baik dan posisi lebih gelap," ujar Jokowi usai melakukan peresmian groundbreaking pabrik pipa di KIT Batang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, dikutip lagi Senin (17/10/2022).

Anak buah Jokowi yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga pernah mengungkap kondisi ekonomi di 2023. Suku bunga yang tinggi di berbagai negara berpotensi mempengaruhi kinerja ekonomi global terkoreksi ke bawah.

Lanjut ke halaman berikutnya.

Sri Mulyani mengatakan kondisi ini dapat menciptakan stagflasi. Stagflasi adalah situasi di mana pertumbuhan ekonomi melambat, disertai dengan kenaikan harga (inflasi).

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menyebut negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) bahkan berpotensi mengalami resesi pada 2023. Padahal negara maju tersebut merupakan penggerak perekonomian dunia.

Walaupun kondisi ekonomi global semakin tidak menentu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto juga pernah mengungkap saat ini dan ke depan ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Mengingat saat ini saja pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara G20. Kedudukan Indonesia kedua setelah Arab Saudi.

"Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat. Sehingga Indonesia tidak termasuk dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan. Bahkan di antara negara G20, Indonesia adalah negara yang pertumbuhan ekonominya nomor 2 tertinggi setelah Saudi Arabia. Jadi, dari segi faktor eksternal Indonesia aman," kata Airlangga dalam keterangan pers yang disampaikan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (11/10).

Airlangga juga mengatakan dari kekuatan ekonomi internal Indonesia juga diyakini cukup kuat. Ia pun masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 4,8% sampai 5,2%.

Dalam kesempatan yang berbeda, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan Indonesia tidak ikut antre jadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini meneruskan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Tadi presiden sampaikan ada 28 negara sekarang yang sudah antre masuk IMF. Kita jauh dari itu," kata Luhut kepada wartawan di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10).

Lanjut kata Luhut, hal itu karena Indonesia optimistis mampu menjaga ketahanan perekonomian pasca pandemi COVID-19. Optimisme dan menjaga kekompakan dinilai penting dalam menghadapi ketidakpastian global.


Hide Ads