Influencer Tebar Horor Resesi, Beneran atau Jualan?

Influencer Tebar Horor Resesi, Beneran atau Jualan?

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 18 Okt 2022 07:15 WIB
Podcast Tolak Miskin: Melawan Resesi!
Foto: Tim Infografis/Mindra Purnomo

Sri Mulyani mengatakan kondisi ini dapat menciptakan stagflasi. Stagflasi adalah situasi di mana pertumbuhan ekonomi melambat, disertai dengan kenaikan harga (inflasi).

Dalam kesempatan itu, Sri Mulyani menyebut negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) bahkan berpotensi mengalami resesi pada 2023. Padahal negara maju tersebut merupakan penggerak perekonomian dunia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Walaupun kondisi ekonomi global semakin tidak menentu, Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto juga pernah mengungkap saat ini dan ke depan ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Mengingat saat ini saja pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi yang tertinggi kedua di antara negara-negara G20. Kedudukan Indonesia kedua setelah Arab Saudi.

"Indonesia faktor eksternalnya masih sangat kuat. Sehingga Indonesia tidak termasuk dalam negara yang rentan terhadap masalah keuangan. Bahkan di antara negara G20, Indonesia adalah negara yang pertumbuhan ekonominya nomor 2 tertinggi setelah Saudi Arabia. Jadi, dari segi faktor eksternal Indonesia aman," kata Airlangga dalam keterangan pers yang disampaikan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (11/10).

ADVERTISEMENT

Airlangga juga mengatakan dari kekuatan ekonomi internal Indonesia juga diyakini cukup kuat. Ia pun masih yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan mencapai 4,8% sampai 5,2%.

Dalam kesempatan yang berbeda, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memastikan Indonesia tidak ikut antre jadi pasien Dana Moneter Internasional (IMF). Hal ini meneruskan pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Tadi presiden sampaikan ada 28 negara sekarang yang sudah antre masuk IMF. Kita jauh dari itu," kata Luhut kepada wartawan di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10).

Lanjut kata Luhut, hal itu karena Indonesia optimistis mampu menjaga ketahanan perekonomian pasca pandemi COVID-19. Optimisme dan menjaga kekompakan dinilai penting dalam menghadapi ketidakpastian global.


(das/das)

Hide Ads