Indonesia sampai saat ini masih bergantung kepada impor kedelai sebanyak kurang lebih 80%. Negara-negara asal impor kedelai mulai dari Amerika Serikat hingga Brasil.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas Santosa mengatakan dahulu Indonesia pernah mencapai swasembada kedelai pada tahun 1992 atau sekitar 30 tahun lalu. Saat itu kata Andreas, lahan produksi kedelai mencapai 1,8 juta hektare dengan produksi hingga 1,9 juta ton.
"Kita itu mencapai swasembada kedelai ya hampir swasembada lah, produksi nasional kita itu luas tanah 1,8 juta hektar produksi nasional 1,9 juta ton. Tetapi persoalan kedelai ini kan terkait kebijakan impor, selama ada kebijakan impor ini tidak mungkin mau Presiden semangat dan menggelontorkan dana pasti akan gagal," katanya kepada detikcom, Jumat (21/10/2022).
Kemudian, swasembada dan produksi kedelai dalam negeri mulai menurun drastis setelah adanya Letter of Intent (LoI) International Monetary Fund (IMF) yang ditandatangani oleh Presiden RI kedua Soeharto pada Januari 1998. Melalui surat itu, Indonesia meminta bantuan IMF untuk mengatasi krisis ekonomi, namun syaratnya harus membuka pasarnya.
Permasalahannya saat ini, kedelai yang hampir seluruhnya impor mengikuti harga internasional. Sementara saat harga internasional tengah tinggi, kedelai dalam negeri tidak bisa bersaing, sementara saat harga tinggi, produksi di dalam negeri tidak mumpuni.
Andreas menjelaskan, harga produksi kedelai di dalam negeri saat ini cukup tinggi. Petani bisa mengeluarkan biaya produksi mulai dari Rp 8.000 sampai Rp 9.000 per kilogram, sementara harga kedelai impor dalam keadaan normal Rp 7.000/kg.
"Bagaimana petani bisa bersaing, jadi mau dipacu dengan apapun, dengan berbagi program pemerintah tidak akan berhasil. Kalau petani tidak punya lahan dan harus sewa lahan, biaya produksinya bisa 10.000 per kilo, Kalau gitu mereka kan berpikir ngapain tanam kedelai lebih baik mereka tanam yang lain seperti biji kacang hijau. Harga sekarang ini 18,000 - 20.000 produksinya sama," tuturnya.
"Petani memiliki kebebasan, mereka kunci utamanya ekonomi mereka. Selama budidaya menguntungkan akan dia lakukan, kalau, kalau tidak ya tidak akan dilakukan sama seperti kedelai, bawang putih, tebu sama saja," jelasnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga 2021, Indonesia sudah mengimpor sebanyak 2,48 ton kedelai.Negara yang paling banyak mengekspor kedelainya menuju Indonesia adalah Amerika Serikat (AS), Kanada, Malaysia, Argentina, hingga Prancis.
Selama tiga tahun terakhir, impor kedelai pun terus meningkat. Di tahun 2018 impor kedelai mencapai 2,58 juta ton, kemudian jumlahnya naik di tahun 2019 menjadi 2,67 juta ton. Menurun pada impor tahun 2020 hanya sebanyak 2,47 ton, kemudian naik sedikit pada 2021.
Harga kedelai secara nasional rata-rata sudah naik 1,40% menjadi Rp 14.500/kg, sementara rata-rata harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe Rp 13.030/kg. Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan per tanggal 19 Oktober 2022, ketersediaan stok kedelai sebanyak 360 ribu ton, angka itu kurang lebih cukup untuk 1,6 bulan.
Simak Video "Dedi Mulyadi Minta Produksi Kedelai Dalam Negeri Digas Biar Tak Impor!"
[Gambas:Video 20detik]
(ada/zlf)