Harga beras medium di pasar saat ini di atas harga eceran tertinggi (HET), menyentuh angka Rp 9.300 per kg di tingkat produsen dan Rp 11.090 di tingkat konsumen.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan, Badan Pangan Nasional (NFA), Rachmi Widiriani menyampaikan, saat ini harga beras di tingkat konsumen naik 4,2%, yang semula Rp 10.700 per kg di bulan Juli 2022 menjadi Rp 11.090 per kg di 24 Oktober. Kondisi ini didorong peningkatan harga gabah.
"Harga gabah kering panen di tingkat petani memang mengalami peningkatan sekitar 13,5%, kemudian gabah kering giling adalah 9,2%. Harga beras medium pun mengalami peningkatan 4,2%," kata Rachma dalam pemaparannya di acara diskusi dari Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (PATAKA), Selasa (25/10/2022).
Rachmi menjelaskan, dalam musim seperti sekarang ini memang produksi beras menurun, akan tetapi kualitas berasnya lebih baik. Pada masa ini, petani juga mendapatkan harga beras yang lebih baik.
Di sisi lain, ia menyampaikan, saat ini stok beras di Bulog berada pada angka 673.613 ton atau kurang dari 1 juta ton. Kalau dibandingkan dari 2020 dan 2021, angka tersebut merupakan yang terkecil.
"Kalau kita perhatikan proyeksi untuk sampai akhir tahun 2022 dengan beberapa penyaluran yang dibutuhkan untuk stabilisasi pasokan dan harga, maka kita perlu melakukan percepatan pengadaan untuk penggantian stop yang keluar tersebut," kata Rachmi.
"Yang paling bahaya, kalau stok akhir Desember itu di targetkan 1,2 juta ton, tapi dalam prakteknya pengadaan di 2 bulan lebih sedikit ini tidak mencapai target, bisa saja stok Bulog di akhir tahun di bawah 500 ribu ton," lanjutnya.
Ada beberapa upaya yang dilakukan NFA, di antaranya dengan mencabut pemberlakuan harga fleksibilitas yang sebelum diterapkan untuk beras. Tidak hanya itu, Rachmi menyampaikan, pihaknya juga bekerjasama dengan penggilingan untuk menggeser stoknya ke Bulog.
Langkah ini diambil lantaran penggilingan merupakan pemegang stok beras terbanyak kedua setelah rumah tangga, yakni sebesar 21,1%. Sedangkan Bulog sendiri, hanya memegang stok di angka 11,3%.
"Jadi dibeli kemudian digeser stoknya ke Bulog. Bulog punya sejumlah stok beras yang cukup untuk mengantisipasi segala sesuatu yang terjadi hingga Desember dan ditargetkan ada 1,2 juta ton," ungkap Rachmi.
Rachmi menyampaikan, pihaknya berharap pemerintah akan memperbaiki cadangan pangan nasional dalam mempertahankan stabilitas pasokan sekaligus harga pangan di pasaran. Tidak hanya beras, tetapi juga komoditas pangan lainnya.
"Agar ketika terjadi sesuatu misal kelangkaan pasokan akibat distribusi, pemerintah memiliki barang untuk mengintervensi wilayah tersebut. Karena belajar dari kejadian minyak goreng, ketika itu semua dilepas melalui mekanisme pasar, pemerintah tidak punya kekuatan secara cepat baik jumlah maupun waktu untuk mengendalikan situasi seperti harga naik, kemudian gizi buruk di wilayah dan kerawanan pangan," tandasnya.
Simak Video "Video: Satgas Pangan Polda Metro Jaya Cek Pasar Induk Beras Cipinang"
(zlf/zlf)