Selain KKP, berbagai pihak lain juga menyadari tingginya potensi pasar produk rumput laut di pasar global. Salah satunya Asisten Deputi Pengembangan Perikanan Budidaya Kemenko Marves Rahmat Mulianda yang menyebut rumput laut menjadi komoditas penting seiring adanya peralihan pertumbuhan ekonomi dari yang berbasis daratan ke ekonomi kelautan.
Ia menjelaskan rumput laut tidak hanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan produk pangan, farmasi, maupun kosmetik. Tapi juga berkaitan dengan perdagangan karbon karena kemampuannya menyerap karbondioksida di atmosfer yang menjadi pemicu perubahan iklim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita ngomongin seaweed tidak hanya sekedar seaweed, tapi lebih luas lagi bagaimana blue economy, blue development, blue carbon itu semua ada di seaweed. Kenapa kita harus menjadikan seaweed ini menjadi concern kita, ini emasnya lah, harus kita manfaatkan sebagai sumber penghidupan dan sumber devisa kita," paparnya.
Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Ratih Purbasari Kania menambahkan bidang rumput laut termasuk dalam langkah-langkah yang dilakukan pihaknya untuk mendorong peningkatan investasi perikanan. Adapun dukungan yang ditawarkan antara lain fasilitas perpajakan berupa Tax Allowance (TA), serta Super Tax Deduction untuk Litban dan Penyelenggaraan Vokasi.
"Kemudian dalam mengakselerasi investasi pada komoditas rumput laut, kami juga menyusun dan mengimplementasikan kebijakan investasi yang terfokus dan berkelanjutan. Lalu meningkatkan koordinasi promosi investasi, melaksanakan target promosi, serta memperkuat peran dalam memfasilitasi minta investasi. Untuk promosi investasi kami melakukan pemetaan negara target. Untuk sektor perikanan ada Kanada, Jepang, dan Selandia Baru," terang Ratih.
Kepala Bidang Komunikasi dan Humas Asosiasi Rumput Laut Indonesia, Indra Santoso turut menyambut baik langkah KKP meningkatkan produktivitas rumput laut nasional dengan menyiapkan program-program yang dapat memperkuat produksi rumput laut di hulu maupun di sektor hilir.
Ia mengatakan rumput laut merupakan komoditas perikanan yang terbukti mampu bertahan pada masa pandemi COVID-19 di tengah terganggunya pergerakan ekonomi dunia. Bahkan menurutnya, pengembangan rumput laut mampu menghadirkan kedaulatan ekonomi di wilayah-wilayah perbatasan.
"Ini peluang masih terbuka sangat lebar, sangat luas, dan prospeknya sangat menjanjikan. Selain itu banyak aspek yang bisa dilihat dari budidaya rumput laut ini, untuk sosial misalnya. Di daerah perbatasan rumput laut tumbuh subur dan rupiah bisa berdaulat di daerah perbatasan dengan negara lain, ini tentunya akan memperkuat perekonomian yang pada akhirnya memperkuat kesatuan NKRI," paparnya.
Sementara itu, Purchasing Manager PT Ocean Carrageenan Indonesia, Rakhmadin Endra Saputra mengakui tingginya minat pasar terhadap produk turunan rumput laut. Perusahaan yang berbasis di Mojokerto ini mengolah rumput laut menjadi produk Alkali Treatment Cattonii (ATC), Semi Refined Carrageenan (SRC), dan Refined Carrageenan (RC).
Ia berharap masuknya komoditas rumput laut dalam program ekonomi biru KKP membuat kendala yang dihadapi pelaku usaha dapat segera diurai. Sehingga produktivitas bisa lebih ditingkatkan.
"Tentu kami memerlukan dukungan pemerintah. Beberapa kendala yang kami hadapi di antaranya harga dan kualitas bahan baku yang tidak stabil, termasuk ancaman hama yang menyebabkan gagal panen," pungkasnya.
(prf/ega)