Kenalkan Sistem Royalti Bagi Petani, Kang Duren: Silakan Diadopsi

Edward. F. Kusuma - detikFinance
Kamis, 27 Okt 2022 06:50 WIB
Jakarta -

Banyak yang menyangka bahwa jual-beli buah adalah bisnis yang bergantung pada musim. Artinya, ada tambahan faktor yang membuat bisnis ini tidak bisa berkembang dengan cepat. Namun, hal ini dibantah oleh Dzulfikri Putra Malawi. Dengan memulai bisnis jual buah durian, ia ingin membuktikan bahwa pasar niche juga dapat diandalkan.

Bermodal hasil riset sederhana yang dilakukannya. Fikri mulai menjual durian dengan sentuhan-sentuhan baru. Ia menuturkan, Kang Duren brand yang dibangunnya, bukan bertujuan untuk memotong rantai dagang dari petani langsung ke pembeli. Sebaliknya, Fikri mengaku ingin merangkul seluruh pihak yang terlibat untuk menjadi mitra dagang agar pasar peminat durian tetap bisa dikuasai oleh produk dalam negeri.

Agar saling menguntungkan semua pihak, Fikri berinovasi. Ada metode baru yang menurutnya dapat berhasil menjaga kualitas produk bisa tetap terjaga. Keterbukaan sistem keuangan yang dibangunnya juga akan mengajak para petani bisa menghitung margin untuk mengembangkan bisnis mereka.

"Karena saya kan banyak di lingkungan musik gitu ya, teman-teman musik itu selalu bicara soal royalti gitu ya. Ternyata royalti itu bisa diadopsi ke bisnis pertanian. Karena sistem royalti itu kan menambah nilai ke petani, dari margin yang kita dapat, kemudian kita bagi lagi, balik lagi ke petani. Jadi selama ini tuh Kang Duren memang datang langsung ke petani, bukan beli di pasar," jelas Fikri dalam d'Mentor on Location, Kamis (27/10).

"Khusus untuk petani nih mas, si royalti itu kita terapkan, jadi 5 - 20% range-nya gitu ya dari margin yang kita dapat bersih, kita kasih ke mereka. Tapi mereka tidak bisa dapat ikut serta merta untuk cash out. Misal, 'oh ini dapat margin sekian juta gitu ya, kita kasih, kita transfer' kita tidak seperti itu. Kita simpan bukan untuk diinvestasikan," tambahnya.

Sementara itu, bisnis yang sebelumnya dilakukan via online pun mulai merambah ke offline. Fikri pun merangkul beberapa pengusaha food & beverages untuk berkolaborasi. Tujuannya, dapat menemukan konsumen baru di ranah niche. Menurut Fikri, walaupun durian hanya bisa dinikmati oleh segmen tertentu tetapi ia mengaku bahwa pasarnya cukup besar. Apalagi, banyaknya varietas durian yang dimiliki Indonesia membuat buah ini tidak terlalu tergantung oleh musim. Menurutnya, setiap daerah memiliki ciri khas rasa serta masa panen yang berbeda-beda.

Pop up store menjadi media yang dipilih oleh Fikri. Selain bisa meningkatkan penjualan, model pemasaran ini dirasa mampu mendekatkan diri dengan para customer. Hasilnya, Kang Duren besutan Fikri berhasil menjual rata-rata 500 durian per bulan dengan kisaran harga 100 hingga 200 ribu rupiah per buahnya.

"Jadi kita tuh baru empat bulan terakhir ini baru melakukan pop up store mas, sebelum itu tuh kita full online. Ya seperti ini, kita ada di Warung Tuman BSD (Bumi Serpong Damai) gitu ya, kita dikasih kesempatan untuk melayani tamu-tamunya Warung Tuman gitu ya yang sudah existing, lalu kita kesempatan ada lapak gitu. Kita bikin di bazaar-bazaar juga. Kemarin di Jogja, ke Ubud Festival gitu," tutur Fikri sambil menunjuk dagangannya.

Fikri menuturkan bahwa model bisnis yang dipraktikkannya boleh diadopsi bagi calon pengusaha yang ingin mencoba. Bisnis yang disebut 'musiman' serta membidik pasar niche ini bisa berjalan hingga kini menjadi bukti bahwa metode yang dijalankan Kang Duren cukup menjanjikan.

"Jika anda ingin minta modulnya dari Kang Duren dengan senang hati, nih silahkan," kata Fikri sambil menyajikan durian yang baru saja dibukanya.




(vys/ed)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork