Ini Alasan Pengusaha AS Ngebet Masuk Pasar Indonesia

Ini Alasan Pengusaha AS Ngebet Masuk Pasar Indonesia

Dea Duta Aulia - detikFinance
Kamis, 27 Okt 2022 15:22 WIB
Airlangga dan Co-Chair USINDO Robert Blake
Foto: Kemenko Bidang Perekonomian
Jakarta -

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan perekonomian Indonesia jauh lebih stabil meskipun di tengah-tengah tantangan global. Kondisi tersebut disebabkan karena posisi geopolitik dan kebijakan luar negeri Indonesia yang seimbang.

Hal tersebut diungkapkan olehnya saat menjadi pembicara pada Gala Dinner yang diselenggarakan oleh United States-Indonesia Society (USINDO) di Washington D.C, Selasa (25/10). Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Presiden US-ASEAN Business Council dan perwakilan dari perusahaan swasta Amerika Serikat seperti Freeport, Boeing, Chevron, dan Caterpillar.

"Ketahanan dan kinerja ekonomi Indonesia, ditambah dengan penentuan posisi geopolitik yang seimbang serta kebijakan luar negeri yang cekatan, telah menempatkan Indonesia pada posisi yang kuat untuk menghadapi tantangan politik dan ekonomi sebagai imbas dari pandemi, disrupsi rantai pasok dan konflik Rusia-Ukraina," kata Airlangga dalam keterangan tertulis, Kamis (27/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan IMF memperkirakan pertumbuhan Indonesia pada tahun 2022 ini akan cenderung positif. Dengan nilai surplus perdagangan yang cukup besar mencapai US$ 60 miliar di 2022.

"IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada angka 5,3 % untuk tahun 2022 serta perekonomian Indonesia akan tetap dalam kisaran 5% pada tahun 2023. Nilai surplus perdagangan diperkirakan dapat mencapai US$ 60 miliar di 2022, yang menunjukkan kenaikan signifikan jika dibandingkan surplus senilai US$ 22 miliar pada tahun 2011," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan Indonesia menawarkan tiga hal penting kepada para investor global agar mau berinvestasi di Tanah Air. Pertama, Indonesia merupakan bagian dari kawasan yang stabil dan masuk dalam value chain regional dan global. Kedua, pasar Indonesia dinilai besar, terutama mengingat populasi Indonesia dengan pendapatan per kapita yang terus meningkat. Ketiga, potensi proyek investasi yang berkualitas dan konsisten dengan tujuan pembangunan berkelanjutan.

Selain ketiga hal tersebut, Indonesia juga tengah memiliki berbagai proyek baru yang dapat memenuhi target Sustainable Development Goals (SDGs) dan transisi menuju green economy.

Proyek-proyek tersebut mencakup isu-isu strategis seperti energi bersih, ekuitas dan keseimbangan gender, teknologi informasi, kesehatan publik dan keamanan pangan. Pemerintah Indonesia juga mengakui peran penting dari Public and Private Sector Partnership dalam mewujudkan komitmen investasi.

"Dengan menjadi tuan rumah KTT G20 pada bulan November di Bali, Indonesia telah menunjukkan kepemimpinannya untuk mendapatkan posisi global yang dapat menguntungkan, baik negara berkembang maupun negara maju. Indonesia juga akan melanjutkan kepemimpinan internasional dengan mengampu Keketuaan ASEAN pada tahun 2023," kata Airlangga.

Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik

Sementara itu, Co-Chair USINDO Robert Blake menyambut baik kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung positif. Ia mengatakan jika dilihat sepanjang 10 tahun terakhir, Indonesia telah memiliki banyak perubahan di berbagai sektor.

"Iklim bisnis di Indonesia telah mengalami banyak perubahan sepanjang 10 tahun terakhir, di mana Pemerintah Indonesia telah memprioritaskan diversifikasi ekonomi dan ekonomi digital. Perkiraan terbaru OECD memproyeksikan tingkat pertumbuhan PDB Indonesia sebesar 5% hingga akhir tahun 2022. Sebagai anggota G20, pertumbuhan Indonesia dipandang mencengangkan jika dibandingkan dengan pertumbuhan global saat ini pada angka 3% dan 1,5% untuk Amerika Serikat," jelasnya.

Robert menambahkan ada sejumlah poin plus yang dimiliki oleh Indonesia seperti meningkatnya ekspor, tingkat inflasi yang relatif rendah, situasi pasar saham yang menguat, dan pertumbuhan FDI kedua tertinggi di ASEAN.

"Perusahaan swasta Amerika Serikat saat ini menanti kabar lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia untuk dapat melebarkan ekspansi usahanya di Indonesia," tutupnya.



Simak Video "Jokowi Sebut Tak Ada Negara Sedetail Indonesia Tangani Inflasi"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads